Indonesia sedang menjalani perjalanan ambisius untuk mencapai emisi nol bersih atau net zero pada tahun 2060. Laporan terbaru dari Kearney, bertajuk Indonesia’s Pathway to Net Zero 2060 menekankan pentingnya peran investasi makro dalam mendukung transisi ini.
Sebagai salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, Indonesia dihadapkan pada tantangan besar dalam menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Menurut laporan tersebut, Indonesia membutuhkan investasi strategis senilai US$ 2,4 triliun antara tahun 2022 dan 2060 di sektor-sektor utama seperti pertanian, kehutanan, energi, transportasi, dan pengelolaan limbah.
BACA JUGA: Aplikasi Investasi Minta Isi Ulang Saldo sebelum Penarikan? Waspada Penipuan!
Shirley Santoso, Presiden Direktur Kearney Indonesia mengatakan rata-rata investasi sebesar US$ 62 miliar per tahun akan menjadi kunci dalam mencapai target net zero.
“Investasi makro adalah tulang punggung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” kata Shirley dalam laporannya, Sabtu (14/9/2024).
BACA JUGA: Kenaikan Properti Komersial dan Potensi Investasi di Gading Serpong
Dengan mengarahkan sumber daya ke sektor-sektor strategis, Indonesia dapat menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, serta mendorong inovasi yang berkelanjutan. Salah satu sektor yang sangat memerlukan perhatian adalah energi terbarukan.
Saat ini, bauran energi Indonesia masih didominasi oleh bahan bakar fosil, dengan hanya 15% dari kapasitas listrik yang berasal dari energi terbarukan pada tahun 2022. Peralihan ke sumber energi, seperti tenaga surya, angin, dan panas bumi memerlukan investasi besar di bidang infrastruktur dan pengembangan teknologi.
Sektor transportasi juga menjadi fokus penting. Investasi dalam kendaraan listrik, biofuel, dan infrastruktur transportasi umum akan membantu mengurangi emisi. Namun, tantangan masih ada, seperti kurangnya jangkauan transportasi umum yang memadai dan integrasi tarif yang belum optimal.
Peningkatan sistem transportasi yang lebih ramah lingkungan akan menjadi langkah penting dalam perjalanan menuju net zero. Pengelolaan sampah juga perlu diperbaiki.
Saat ini, hanya sekitar 10% sampah di Indonesia yang didaur ulang, dan emisi metana dari tempat pembuangan sampah menjadi salah satu masalah besar. Investasi di sektor ini akan membantu mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan praktik daur ulang.
“Teknologi ramah lingkungan, seperti hidrogen dan carbon capture, perlu didorong. Investasi dalam teknologi ini berpotensi membuka peluang besar dalam dekarbonisasi dan menempatkan Indonesia di garis depan inovasi hijau,” tutur Som Panda, Principal di Kearney Indonesia.
Dengan investasi dan kebijakan yang tepat, Indonesia memiliki peluang besar untuk memimpin upaya global menuju keberlanjutan. Tujuan net zero bukan hanya mengurangi emisi, tetapi juga menciptakan ekonomi dan masyarakat yang lebih hijau untuk generasi mendatang.
Editor: Ranto Rajagukguk