Peran Perusahaan dalam Ekonomi Hijau

marketeers article
Sumber: http://www.freewebs.com/gogreen4/bigstockphoto_Global_Warming_217540%203.jpg (sudah mengalami editing)

Kebijakan pro lingkungan adalah sebuah kemendesakan di era sekarang. Mengingat lingkungan dalam kondisi yang semakin memprihatinkan, seperti perubahan iklim, pemanasan global, dan sebagainya. Dalam hal ini, juga kebijakan bisnis. “Tanpa membuat strategi  iklim, sebenarnya kita tidak mempunyai strategi bisnis,” kata Haskar Lianus Pasang dari AES dalam diskusi panel rangkaian Green ICT Conference di Jakarta Convention Center.

Kebijakan yang dikenal dengan green economy tersebut, menurut Haskar, tidak lepas dari kondisi lingkungan yang semakin memprihatinkan. Haskar menandaskan lagi problem lingkungan ini tidak lepas dari campur tangan manusia. Lebih tandas lagi, bencana alam ini disebabkan oleh ulah manusia, seperti  pencemaran limbah, rusaknya ozon, perubahan iklim, dan sebagainya. Apa yang dikatakan Haskar ini persis yang dinyatakan sosiolog Inggris Anthony Giddens sebagai manufactured risk alias risiko buatan.

Haskar mengatakan perusahaan sekarang harus mengambil bagian dalam perwujudan ekonomi hijau ini.  Perusahaan harus menjadi perusahaan terbaik. Terbaik dalam hal ini, sambung Haskar, perusahaan beperan membuat dunia semakin baik untuk ditinggali. “Selama ini sering ada kesenjangan antara kemajuan bisnis dengan kemajuan sosial dan lingkungan. Sebab itu, perusahaan harus memperhatikan dua aspek lain selain bisnisnya sendiri,” kata Haskar.

Perusahaan membutuhkan strategi khusus terkait dengan kebijakan lingkungan. Dalam hal ini, sambung Haskar, perlu dipikirkan bagaimana proses bisnis dan produk sebisa mungkin ramah lingkungan.  Haskar menandaskan perusahaan tidak melulu memikirkan profit, tetapi juga dua komponen lain yang menentukan keberlangsungan perusahaan, yakni people dan planet, istilah yang akrab kita dengar dalam konsep Marketing 3.0. “People di sini termasuk human rightnya. Termasuk hak asasi para karyawannya,” tandas Haskar.

Selain itu, perusahaan bisa menerapkan eco-advantage yang mana tetap menghasilkan profit tanpe mengorbankan hak-hak orang dan merusak lingkungan.  “Semua memang bermula dari mindset. Mindset harus diubah lebih dulu,” kata Haskar.

Related

award
SPSAwArDS