Peran Sektor Energi dan Tantangan Dalam Mencapai Emisi Nol Bersih di Indonesia
Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945, tingkat PDB per kapita negara ini sepuluh kali lebih rendah dibandingkan dengan saat ini. Namun, sejak tahun 1968 hingga sekarang, Indonesia telah menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa dan menjadi negara keempat tercepat di dunia setelah Korea, Singapura, dan Cina selama setengah abad.
Perkembangan ekonomi ini juga dibarengi dengan penurunan drastis dalam pangsa penduduk di bawah garis kemiskinan nasional, yang menurun dari 60% pada tahun 1970 menjadi di bawah 10% saat ini. Indonesia juga merupakan negara dengan populasi terbanyak keempat, ekonomi terbesar ketujuh, konsumen energi terbesar ke-12, dan pengekspor batu bara terbesar di dunia.
BACA JUGA: Dukungan Pertamina untuk Event Olahraga dan Pertumbuhan Ekonomi
“Setelah mengalami penurunan hampir 15% setelah Krisis Keuangan Asia tahun 1997, Indonesia melancarkan gelombang reformasi yang membuat ekonomi negara ini berubah secara signifikan. Dari negara pengekspor minyak, Indonesia bertransformasi menjadi pengimpor minyak pada tahun 2003,” ujar Sugeng Riyono, Ketua Umum National Centre for Sustainabilty Reporting (NCSR) Divisi Energi lewat online, Minggu (23/7/2023).
Penurunan kontribusi dari sektor minyak dan gas bumi pada PDB pun terjadi dari 10% pada tahun 2000 menjadi sekitar 2,5% pada tahun 2021, dan pendapatan pemerintah dari sektor ini juga mengalami penurunan empat kali lipat. Permintaan energi Indonesia meningkat hampir 60% dari tahun 2000 hingga 2021, dengan batu bara menjadi solusi utama.
Namun, sektor energi juga berdampak pada emisi gas rumah kaca, dan sektor ini kini mengeluarkan sepertiga CO2 lebih banyak dibandingkan tahun 2000. Emisi sektor energi di Indonesia telah meningkat lebih cepat dari pada permintaan energi.
Pada tahun 2021 mencapai sekitar 600 juta ton karbon dioksida (Mt CO2), menjadikan Indonesia sebagai negara dengan emisi karbon terbesar kesembilan di dunia.
Meskipun emisi CO2 per kapita di Indonesia mencapai setengah dari rata-rata global, tetap perlu ada upaya menuju emisi nol bersih pada tahun 2060, atau bahkan lebih cepat, sebagai bagian dari tujuan pengembangan Indonesia untuk menjadi negara ekonomi maju pada tahun 2045.
BACA JUGA: Potensi Pasar Ekonomi Hijau RI Tembus US$ 46 Miliar
“Meski telah mencapai pencapaian ekonomi yang signifikan, Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan. PDB per kapita saat ini masih 30% lebih rendah dari rata-rata dunia, dan pembangunan ekonomi regional belum seimbang, dengan sebagian besar penduduk dan PDB manufaktur terpusat di Pulau Jawa dan Bali, sementara wilayah lainnya mengandalkan ekstraksi sumber daya alam,” tutur Sugeng.
Oleh karena itu, upaya mencapai emisi nol bersih harus dipandang sebagai bagian dari transformasi yang diperlukan dalam mencapai tujuan menjadi negara dengan ekonomi maju pada tahun 2045. Meskipun perjalanan menuju tujuan tersebut mungkin berliku dan panjang, dengan kesadaran dan upaya bersama, Indonesia dapat menghadapinya dengan baik.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz