Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) adalah salah satu kunci penggerak ekonomi di Indonesia. Semakin banyak masyarakat Indonesia berinvestasi di UKM, maka otomatis juga akan memajukan ekonomi Indonesia.
“Terdapat 57 juta UKM di Indonesia pada tahun 2013 yang mampu menyerap 96% pekerja dan berkontribusi pada PDB Indonesia sebesar 58%. Tapi angka ini tidak naik sejak tahun 2010. Perlu ada bantuan agar UKM naik kelas. UKM penting karena masih ada 28,6 juta rakyat miskin dan 62 juta hampir miskin,” kata Vivi Alatas, Lead Economist Bank Dunia program pengentasan kemiskinan.
Vivi menambahkan, UKM menjadi penting karena dapat mengangkat seseorang dari kemiskinan, kerentanan, dan ketimpangan. Kerentanan terjadi karena bencana, misalnya banjir, gempa bumi, dan sebagainya. Perlu kerja sama multi sektor untuk mempercepat pemulihan dari bencana ini. Sementara, ketimpangan terjadi karena unequal opportunities yang dibawa sejak lahir.
“Orang yang dilahirkan dari keluarga miskin dan kaya, desa dan kota, serta well educated dan uneducated, tidak memiliki akses setara. Nah, tugas kita memberikan akses tersebut,” kata Vivi.
Melihat kondisi ini, sebuah platform investasi online Amartha bagi para UKM dihadirkan. CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra menjelaskan, awalnya investasi UKM di Amartha dimulai dari sebuah kecamatan di pelosok daerah yang belum sepenuhnya terjangkau oleh layanan bank. Amartha menyentuh masyarakat pelosok agar mereka mendapatkan akses ke modal usaha meskipun tidak memiliki rekening bank.
“Melalui platform peer-to-peer Amartha, dana investasi juga dijamin keamanannya dan para investor bisa langsung mengetahui siapa yang akan diberi dana, seperti pengrajin bros, pengusaha keset, pembuat rengginang, dan sebagainya,” kata Andi.
Dalam membangun Amartha, Andi membuka pintu selebar-lebarnya untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak lain seperti kerja sama dalam membangun platform dan kerja sama dengan perbankan. Yang paling penting, imbuh Andi, kerja sama tersebut bisa berdampak ke peminjam dan berdampak sosial.
