Peran Underwriter Krusial, PERUJI Kembali Gelar Underwriting Summit

marketeers article
Diversity Casual People Insurance Policy Meeting Concept

Potensi pasar asuransi masih sangat besar di negara ini. Mengingat, penetrasi asuransi di masih di bawah 10%. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat premi industri Asuransi jiwa dalam lima bulan terakhir di tahun ini meningkat pesat. Perolehan premi industri Asuransi jiwa mencapai Rp 81,13 triliun hingga Mei 2018, atau naik 31,19% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.

Melihat angka-angka di atas, bisa tergambar potensi yang bisa digali oleh para pemain di industri ini. Tapi, ternyata potensi asuransi bukan sebatas besarnya premi, namun ada juga peluang lain yang tumbuh, yakni kebutuhan profesi underwriter. Profesi ini berperan penting dalam proses identifikasi dan seleksi risiko (underwriting).

Proses underwriting menjadi vital karena setelah identifikasi risiko selesai dilakukan, barulah underwriter bisa mengelompokan calon tertanggung ke dalam kategori risiko yang sesuai, yaitu: declined risk, substandard risk, standard risk, dan preferred risk. Tujuan dari proses underwriting adalah agar calon tertanggung mendapatkan beban premi yang sesuai dengan risiko yang dimiliki sehingga tercipta keadilan dalam pembebanan premi bagi perusahaan asuransi dan juga nasabah.

Adapun faktor-faktor yang bisa ditinjau oleh underwriter dalam proses identifikasi risiko adalah faktor kesehatan, pekerjaan, gaya hidup, hobi, dan juga lokasi tempat tinggal. Namun di sisi lain, perkembangan teknologi yang pesat ternyata membawa pengaruh bagi profesi underwriter.

Ketua Perkumpulan Underwriter Jiwa Indonesia (PERUJI), Dr. Asri Wulan, AAAIJ, CPLHI, Certificate in Risk Selection mengungkapkan, semakin pesatnya bisnis di asuransi tidak diiringi dengan peningkatan kualitas maupun kuantitas dari underwriter. Kurangnya lembaga pendidikan dengan spesialisasi underwriting menjadi kendala dalam menghasilkan underwriter profesional. Di sisi lain, proses digitalisasi menuntut underwriter yang kompeten serta memiliki kemampuan beradaptasi dengan cepat tanpa mengabaikan profesionalismenya.

“Biasanya, seseorang yang baru menjadi underwriter belajar secara otodidak (learning by doing), kecuali apabila mereka bekerja di perusahaan asuransi jiwa joint venture yang memiliki fasilitas pendidikan ataupun training khusus untuk para underwriter-nya,” terang Asri dalam siaran persnya.

Guna meningkatkan dan mengembangkan mutu profesionalisme para underwriter jiwa, PERUJI memfasilitasi kebutuhan tersebut dengan mengadakan Underwriting Summit 2-3 Agustus 2018 di Hotel Tentrem, Yogyakarta. PERUJI Underwriting Summit (PUS) 2018 yang diikuti oleh para underwriter dari perusahaan asuransi jiwa dan underwriter dari perusahaan reasuransi ini mengangkat tema utama “Underwriting Future in Digital Disruption”. Ini merupakan kali kedua penyelenggaraan PUS setelah sebelumnya diselenggarakan di Bali pada 2017.

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) pun menyampaikan apresiasinya terhadap pelaksanaan PUS 2018. Dalam pesan tertulis, Ketua Umum AAJI, Hendrisman berharap PUS 2018 mampu meningkatan kualitas dan profesionalitas underwriterserta berkontribusi terhadap dunia asuransi jiwa secara keseluruhan.

“Semoga PUS ini bisa memberikan nilai tambah bagi para underwriter asuransi jiwa dalam menjalankan profesinya dengan proper, sehingga industri asuransi jiwa akan semakin sehat dan kuat,” ujar Hendrisman

Kegiatan ini mendapat dukungan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga regulator. Hal tersebut disampaikan oleh Bapak Ahmad Nasrullah Direktur Pengawasan Asuransi dan BPJS Kesehatan – Pengawas Industri Keuangan Non Bank – Otoritas Jasa Keuangan dalam sambutan mengawali perhelatan PUS 2018.

“Dari sisi substansinya, saya rasa proses underwriting merupakan jantung dari perusahaan asuransi. Tema yang diangkat PUS kali ini juga menarik karena memang sedang populer mengenai insurance disruption. Harapan OJK dengan keberadaan PERUJI melalui PUS 2018 ini bisa menambah wawasan terhadap proses underwriting apalagi disini banyak pakar-pakar underwriting,” kata Ahmad Nasrullah

    Related