Oleh: Rama Mamuaya. Co-Founder & CEO Dailysocial.id
Silicon Valley, pusat inovasi dan teknologi dunia, rumah dari perusahaan-perusahaan raksasa teknologi yang terus menerus ingin mencoba mengubah dunia. Di balik gemerlap komunitas founders yang sukses menjadi billionaires, dan venture capitalists yang berinvestasi di unicorangel investorns, terdapat komunitas yang merupakan nadi dari ekosistem inovasi Silicon Valley: Angel investor.
Angel investor adalah individu yang menyediakan pendanaan untuk startup, biasanya angel investor masuk di tahapan awal sebuah startup. Salah satu kisah legendaris tentang sosok angel investor adalah Mike Markkula, miliuner pensiunan Intel yang pada tahun 1977 memberikan investasi sebesar $250,000 kepada Steve Jobs untuk mendirikan Apple Computers. Markkula hanya satu dari ribuan kasus angel investor yang berinvestasi di startup-startup yang kemudian menjadi unicorn, menjadikan angel investor sebagai billionaire dengan return beribu-ribu kali lipat. Yahoo, Google, Facebook, Twitter, Uber dan hampir semua startup asal AS memiliki angel investor di jajaran investornya.
Di Silicon Valley, sosok angel investor ini bukan sekadar menjadi pendana awal untuk startup, tapi juga menjadi validasi untuk sebuah ide/solusi yang baru saja dimulai oleh founders. Validasi ini penting, karena komunitas angel investors biasanya berasal dari komunitas yang memiliki expertise dari sisi bisnis, finance atau bahkan pengalaman sebagai entrepreneur/founder yang sudah exit. Tidak jarang, ini menjadi mentor dan advisor bagi founder terutama yang masih belum berpengalaman, sekaligus meningkatkan kemungkinan sukses bagi startup tersebut.
Lalu, bagaimana di Indonesia? Sejak dimulainya boom startup di 2009/2010, Indonesia sudah menghasilkan beberapa exit dan banyak founder-founder dan individual-individual yang mendapatkan kekayaan dari startup. Memang belum sebanyak negara-negara lain yang industrinya lebih maju, namun sudah mulai bergerak ke arah positif.
Semakin banyak founders yang sukses mencapai exit untuk startup-nya, semakin bagus karena mereka akan berevolusi menjadi angel investor dan mentor bagi startup-startup yang mendapatkan investasi. Dengan adanya validasi dan mentoring dari founder yang berpengalaman, semakin besar kemungkinan startup ini menjadi sukses dan menghasilkan kekayaan bagi founder-nya. Lalu founder tersebut, kembali menjadi investor dan mentor bagi startup lain. Siklus ini, meskipun terdengar sederhana, tetapi merupakan faktor kritikal dan building block yang membentuk bagi Silicon Valley.
Pada tahun 2019, 10 pendanaan startup di Indonesia melibatkan angel investor. Di tahun 2020, angka ini melonjak hampir 3 kali lipat menjadi 27. Hal ini menunjukkan mulai banyak ex-founder, atau wealthy individual yang mulai berani untuk masuk menjadi angel investor di startup-startup Indonesia. Selain nama-nama besar pebisnis sukses dan ex-founders, mulai muncul organisasi yang mengumpulkan angel investor dan mempertemukan mereka dengan startup-startup yang sedang mencari pendanaan untuk memulai bisnisnya. Lazimnya, proses pendanaan sebuah startup tahap awal akan melibatkan lebih dari satu angel investor yang masing-masing memberikan pendanaan dalam jumlah yang relatif kecil. Di industri startup, hal ini dikenal dengan istilah sindikasi.
Dan tentunya angel investment ini bukan tanpa resiko, karena investasi di startup merupakan salah satu bentuk investasi dengan profil risiko paling tinggi namun potensi gain yang paling tinggi pula, high risk high gain. Menurut studi dari Kauffman Foundation, lebih dari setengah angel investment berakhir dengan tidak adanya return (zero return), dan kurang dari 10% yang berhasil menghasilkan lebih dari 500% return on investment (ROI).
Karena profil risiko seperti inilah, angel investment menjadi sumber pendanaan paling ideal ketimbang venture capital untuk industri startup. Seorang angel investor bisa berinvestasi dalam jumlah kecil di banyak startup. Dan karena profil startup yang eksperimental dan berisiko tinggi, kebanyakan startup tersebut akan gagal, tapi segelintir startup yang sukses akan menghasilkan return yang beratus bahkan beribu kali lipat bagi angel investor.
Dengan mulai maraknya program-program untuk mendongkrak entrepreneurship dan industri startup di Indonesia, dalam waktu dekat kebutuhan pendanaan untuk startup-startup tahap awal akan semakin vital bagi kemajuan industri. Banyak dari startup-startup yang akan bermunculan ini akan membutuhkan dana ratusan juta untuk bisa memulai bisnisnya, jauh di bawah jangkauan para venture capital yang rata-rata menyediakan pendanaan milyaran bagi startup. Di sinilah masuknya peranan angel investor, sebagai penyedia dana awal, mentor dan advisor bagi founder, namun tidak lupa sebagai tulang punggung dari industri inovasi berisiko tinggi, industri startup.
Di masa depan, berinvestasi di startup akan terdemokratisasi. Mungkin masih bisa diingat beberapa tahun silam, berinvestasi di produk-produk keuangan seperti reksa dana, saham dan sebagainya yang masih sangat sulit, kompleks dan terbilang eksklusif untuk kalangan tertentu. Saat ini, hanya menggunakan aplikasi mobile dan beberapa proses sederhana, siapapun bisa berinvestasi di saham.
Hal yang sama akan terjadi di investasi startup yang juga akan terdemokratisasi. Beberapa tahun dari sekarang, akses ke startup-startup tahap awal yang sedang mencari pendanaan akan terbuka lebar untuk angel investor yang sedang mencari kesempatan berinvestasi di startup. Dan dengan terbukanya akses tersebut, otomatis akan membuka akses untuk banyak founder-founder lokal ke pendanaan yang bisa membantu mereka memulai pengembangan solusi untuk banyak masalah di Indonesia dan dunia.
*Kolom ini merupakan kolom kolaborasi Marketeers x GDP