Target pertumbuhan ekonomi Indonesia dipatok 5,3% pada tahun ini. Hingga Q1 2016, ekonomi tumbuh 4,9%. Sektor perbankan pun dianggap sebagai pihak yang punya andil besar dalam mendorong pertumbahan tersebut.
Pendapat itu dibantah oleh Ketua Persatuan Bank Nasional (Perbanas) Sigit Pramono. Ia menyatakan, salah kaprah apabila bank dipersepsikan sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi suatu negara. Justru yang paling penting adalah peran sektor riil, yaitu para pelaku usaha itu sendiri.
“Bunga bank single digit (di bawah 10%_red) pun tidak serta-merta ekonomi bisa tumbuh 5%. Karena perbankan posisinya sebagai pendukung, mengikuti gerak usaha,” kata Sigit dalam diskusi Economic Outlook Mid-Year 2016 di Jakarta Marketing Week di Kota Kasablanka, Selasa, (15/5/2016).
Ia menjelaskan, apabila pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi 5,3%, secara formula matematisnya, pertumbuhan kredit harus tiga hingga empat kali dari pertumbuhan ekonomi atau, mencapai 15%-20%. “Namun, sampai saat ini, pertumbuhan kredit hanya 8%. Itu jauh sekali,” terangnya.
Meski saat ini perbankan telah memasuki era suku bunga rendah, itu pun tak lantas menjadikan kucuran kredit kian lancar ke pasar.
Pasalnya, suku bunga kredit sulit ditekan semasih suku bunga dana, seperti tabungan, giro, dan deposito, masih tetap tinggi, Alasannya, bank mesti membayar imbal hasil kepada pemilik dana tersebut.
“Budaya kita menabung adalah untuk melipatgandakan kekayaan. Sehingga, jika ada bank yang memberikan bunga lebih tinggi, seseorang akan memilih menyetorkan dananya di bank itu,” terangnya.
Ia menambahkan, “Sedangkan di Jepang, bank dijadikan tempat untuk menyimpan dana darurat bagi nasabah. Sehingga, tidak masalah apabila nasabahnya diberikan bunga minus. Itu masalah mentalitas.”
Maka itu, sambung Sigit, yang penting dilakukan saat ini adalah pemerintah memberikan stimulus di sektor riil. Paket kebijakan yang sudah mencapai 13 bulir mesti menyasar pelaku usaha di sektor penghasil barang itu.
“Berikan rangsangan kepada pabrik yang minim produksi, Apabila mereka berhasil bangkit dan ekspansi mereka pasti membutuhkan tambahan modal, baik itu untuk kebutuhan bahan baku ataupun ekspor. Sehingga, mereka akan datang ke bank untuk mengambil pinjaman,” imbuhnya
Editor: Sigit Kurniawan