Percepat Transisi Energi di ASEAN, British International Investment Investasi Rp 200 Miliar
Lembaga pembiayaan pembangunan Inggris, British International Investment (BII) mengumumkan komitmen investasi sebesar US$ 15 juta atau setara Rp 200 miliar untuk mempercepat transisi energi negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), termasuk Indonesia.
Komitmen ini merupakan dukungan dari Inggris dalam kesepakatan Just Energy Transition Partnership (JETP) Indonesia yang diluncurkan tahun lalu pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali.
Srini Nagarajan, Managing Director dan Head of Asia di BII menuturkan, investasi pertama di kawasan ini diharapkan dapat menarik lebih banyak modal untuk mendukung Indonesia mencapai emisi nol bersih (net zero emissions) pada tahun 2060.
Komitmen ini akan dilaksanakan melalui SUSI Asia Energy Transition Fund (SAETF), pendanaan infrastruktur transisi energi yang berfokus pada Asia Tenggara yang dikelola oleh perusahaan yang berlokasi di Swiss, SUSI Partners.
SUSI Partners memiliki rekam jejak yang dapat dibuktikan dalam investasi skala global di seluruh spektrum infrastruktur transisi energi.
BACA JUGA: Gandeng IEA, PLN Matangkan JETP IPP untuk Transisi Energi
Di Indonesia, perusahaan tersebut telah berinvestasi dalam pengembangan proyek listrik tenaga mini-hidro yang memanfaatkan aliran sungai dan proyek tenaga angin melalui usaha patungan antara SAETF dan pengembang regional, Pacific Impact.
Hal ini menegaskan kembali pendekatan baru untuk berinvestasi dalam pendanaan iklim di Indonesia sebagai salah satu prioritas BII di ASEAN.
“Kami telah berinvestasi di seluruh Asia selama lebih dari 30 tahun. SAETF adalah titik balik kembalinya BII ke Asia Tenggara dan komitmen yang jelas tentang ambisi kami untuk mendukung pendanaan iklim dan inovasi untuk menghadapi tantangan dari krisis iklim,” kata Srini melalui keterangannya, Senin (22/5/2023).
Srini melanjutkan bahwa pihaknya memuji ambisi iklim kawasan ini dan berharap dapat berkolaborasi dengan tim lokal SUSI untuk mengembangkan lebih jauh proyek berkelanjutan yang terukur dan menghasilkan keuntungan.
BACA JUGA: PLN Gandeng Siemens Energy untuk Akselerasi Transisi Energi di RI
Menurutnya, investasi tersebut menandai dimulainya realisasi ambisi BII untuk menginvestasikan dana pembiayaan iklim hingga £ 500 juta di kawasan Indo-Pasifik.
Selanjutnya, dengan komitmen ini, BII menggandeng lembaga pembiayaan pembangunan lainnya, termasuk AIIB, FMO, Swedfund, Norfund, dan OeEB, serta investor swasta dalam mendukung SAETF.
SAETF menargetkan investasi infrastruktur di seluruh spektrum transisi energi, termasuk proyek energi terbarukan, efisiensi energi, dan penyimpanan energi, serta berfokus pada negara-negara berkembang di ASEAN, termasuk Indonesia.
Pendanaan tersebut akan berkontribusi pada tujuan mitigasi iklim global dan Perjanjian Paris melalui solusi pembiayaan energi bersih, meningkatkan pasokan listrik yang dapat diandalkan. Dan, terjangkau untuk bisnis dan konsumen, serta memungkinkan akses ke solusi energi bersih di area yang kurang terlayani.
Untuk mengatasi permintaan energi yang terus meningkat dan mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik bahan bakar fosil, Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai emisi nol bersih (net zero emissions) pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Ambisi keberlanjutan di kawasan ASEAN membutuhkan setidaknya US$ 200 miliar investasi pada sektor energi di tahun 2030, di mana lebih dari tiga perempatnya perlu disalurkan ke energi bersih.
“Sebab itu, investasi BII juga ditujukan untuk menarik lebih banyak investor komersial untuk membuka peluang pendanaan iklim dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang hijau dan tangguh di kawasan ini termasuk Indonesia,” tutur Srini.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz