Menjelang tahun 2018, beragam ekonom dan pihak sudah melakukan prediksi terkait situasi perekonomian di tahun depan. Dalam ajang Indonesia Economic and Financial Sector Outlook (IEFSO) 2018 yang diselenggarakan oleh HSBC Indonesia dan Putera Sampoerna Foundation (PSF), pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil sejak tahun 2014 lalu terus berada di kisaran 5%.
Konsumsi oleh sektor privat dan rumah tangga juga belum banyak mengalami perubahan sejak awal 2017. Faktor-faktor penyebabnya masih belum konklusif.
“Walaupun demikian, kami memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai sebesar 5,17-5.24% pada 2017, dan 5.3-5.4% pada 2018 mendatang, jika inflasi di kisaran 3.0-4.0% dan suku bunga riil di level 10%,” papar Wahyoe Soedarmono, Ekonom, sekaligus Ketua Program Studi Manajemen dan Manajer Program Kerjasama HSBC-PSF di Fakultas Bisnis, Sampoerna University.
Wahyoe juga menekankan bahwa 2018 masih akan menjadi tahun yang dibayangi ketidakpastian ekonomi global, meskipun pertumbuhan ekonomi diprediksi meningkat. Hal ini kemudian dapat mendorong peningkatan defisit neraca transaksi berjalan. Hal ini menyebabkan instabilitas makroekonomi, mengingat struktur modal asing yang masuk ke Indonesia masih didominasi investasi portofolio jangka pendek daripada investasi asing langsung.
Selain itu, dari sisi domestik, pertumbuhan utang luar negeri dari pemerintah juga menunjukkan tren peningkatan. Pertumbuhan utang luar negeri pemerintah mencapai posisi tertinggi, yaitu 46% selama 2015-2017, disusul oleh utang luar negeri sektor swasta selain institusi keuangan (36%) di periode yang sama. Peningkatan utang luar negeri oleh pemerintah mempunyai dua implikasi penting.
Di satu sisi, ruang fiskal akan meningkat dan mendorong belanja pemerintah. Misalnya, untuk infrastruktur dan sektor produktif lainnya. Dengan ini, pembangunan ini mendorong investasi swasta dan pertumbuhan ekonomi (efek “crowding-in”). Namun di sisi lain, peningkatan utang luar negeri pemerintah dapat meningkatkan suku bunga, sehingga menghambat investasi sektor swasta (efek “crowding-out”).
Wahyoe menambahkan, urgensi menjaga momentum investasi produktif agar efek “crowding-in” dapat lebih mendominasi seiring peningkatan utang luar negeri pemerintah. Paling tidak, menurut Wahyoe, ada dua manfaat yang mampu dihasilkan dengan peningkatkan investasi produktif. Pertama, memperkuat tingkat tabungan masyarakat. Ini dapat memperkuat stabilitas makroekonomi karena defisit neraca transaksi berjalan terkendali. Kedua, investasi produktif memperkuat lanskap untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal, yaitu setidaknya di 5.9% untuk Indonesia berdasarkan hukum Okun.
Sementara itu, Ali Setiawan, Head of Global Markets PT Bank HSBC Indonesia mengatakan, meski bisa dilihat dari intermediasi kredit yang belum maksimal menunjukan siklus pemulihan yang masih lambat, kita dapat melihat fundamental ekonomi telah membaik, terutama di bidang ekspor dan ekspektasi peningkatan belanja pemerintah untuk social welfare. “Untuk itu, diperlukan beberapa dukungan kebijakan lebih lanjut untuk mewujudkan potensi pertumbuhan Indonesia. Kita juga dapat melihat Bank Indonesia sudah membantu sangat banyak dari sisi moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Ali.
Ali menambahkan, pada tahun 2018 yang merupakan tahun politik pada dasarnya akan sedikit lebih baik dibandingkan tahun 2017 dengan mempertimbangkan dukungan belanja pemerintah dan juga private consumption yang biasanya cenderung meningkat mendekati periode Pemilu.
Inka B. Yusgiantoro, Peneliti Eksekutif Senior, Otoritas Jasa Keuangan memaparkan bahwa peneliti ekonomi dan perbankan memiliki peluang yang sangat besar untuk berpartisipasi dalam perumusan solusi permasalahan dan tantangan industri keuangan melalui riset.
“Kemajuan riset merupakan pilar utama dalam membangun sektor jasa keuangan yang kontributif, inklusif, dan stabil. Dengan tantangan dan peluang ekonomi global saat ini, peneliti ekonomi dan perbankan di lingkungan civitas akademika perguruan tinggi dan industri harus semakin memperdalam riset untuk memberikan proyeksi ekonomi yang bermanfaat bagi perencanaan ekonomi dan finansial untuk Indonesia ke depan,” jelas Inka.
Editor: Sigit Kurniawan