Di tengah kondisi pertumbuhan ritel Indonesia yang menurun, produk Pop Mie justru bertumbuh sebesar 10% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini diungkapkan Senior Brand Manager Pop Mie Vemri Veradi sebagai hasil dari upaya Pop Mie menjadi market leader untuk mengisi semua segmentasi pasar yang ada.
Data Aprindo menunjukkan, pertumbuhan ritel Indonesia saat ini tidak bergerak signifikan. Pada tahun 2013 dan 2014, Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 13-14%, namun pada tahun 2016 hanya bertumbuh 8-9%. Kondisi ini hampir sama dengan pertumbuhan ritel modern yang terjadi di Indonesia pada tahun 2009.
“Pertumbuhan ritel modern di Indonesia pada tahun 2009 hanya 4,7%. Pada tahun ini, diprediksi akan sama atau justru menurun dibandingkan tahun lalu karena adanya minus di hypermarket dan pertumbuhan yang tidak signifikan di departement store,” ungkap Roy Mande, Ketua Umum APRINDO.
Kondisi pertumbuhan pasar ritel Indonesia yang kian menurun tidak lantas membuat penjualan Pop Mie ikut menurun. Memiliki target market dengan segmentasi youth (15-24 tahun) yang menyasar pelajar dan mahasiswa, Pop Mie melihat adanya peluang untuk memasuki pasar milenial. “Generasi milenial memiliki banyak aktivitas, dan mereka Fear of Missing Out (FOMO) sehingga mereka memerlukan sesuatu yang serba cepat untuk tidak tertinggal dengan aktivitas selanjutnya. Pop Mie sesuai dengan kebutuhan generasi ini,” jelas Vemri.
Pop Mie kemudian memperluas pemasarannya melalui e-commerce seperti Blibli.com dan Lazada. Meskipun penjualan cup noodle di e-commerce diakui Pop Mie belum sebesar penjualan pada ritel, mereka tetap meningkatkan eksistensinya di e-commerce karena mayoritas target market Pop Mie adalah pengguna internet.
Aktivitas marketing Pop Mie dilakukan dengan memperkuat Above The Line (ATL) dan Below The Line (BTL). Sebagai market leader, Pop Mie terus melakukan aktivitas ATL untuk mendominasi kompetitor lain. Sedangkan aktivitas BTL dilakukan dengan menggelar berbagai aktivitas di kampus dan join promo. Aktivitas terbaru yang dilakukan Pop Mie adalah melakukan join promo dengan Uniqlo pada bulan September dan Oktober lalu.
“Pop Mie dipajang di store Uniqlo kemudian kami melakukan promo digital selama satu bulan penuh. 25% konsentrasi berada di digital,” papar Vemri. Menurutnya, hal ini cukup efektif dalam meningkatkan angka pertumbuhan Pop Mie.
Saat ini, Pop Mie lebih banyak melakukan promosi pada e-commerce meliputi promo diskon harga dan pemberian gimmick (bantal, tas travel, dll). Meskipun konsentrasi terpusat pada e-commerce, Vemri tidak memungkiri bahwa mereka memerlukan ritel untuk melakukan trial and sale.
Aktivitas ritel yang dilakukan Pop Mie meliputi bundlig dengan berbagai produk yang berada pada satu payung perusahaan yang sama. Beberapa waktu lalu, Pop Mie melakukan bundling dengan Chitato dan hal ini berhasil meningkatkan pertumbuhan Pop Mie di minimarket.
Editor: Sigit Kurniawan