Periklanan di game menjadi salah satu tempat yang kini cukup populer bagi merek untuk beriklan. Didorong oleh munculnya programmatic advertising, game menjadi salah satu kanal yang makin digemari.
Sederhananya, game dengan banyak jumlah unduhan memiliki banyak pemain. Dengan banyak pemain artinya banyak sasaran yang dapat dijamah iklan merek.
Periklanan melalui game sendiri memiliki beragam rupa. Ada yang berupa IP Placement, yakni merek menempatkan logo mereka di dalam konten game.
Contohnya, seperti billboard yang menampilkan iklan Pepsi ketika bermain Battlefield 2142. Dalam iklan game mobile, bentuk iklannya bisa lebih bervariasi.
Contohnya seperti rewarded video. Pemain diwajibkan untuk menonton iklan dalam durasi tertentu sampai selesai, kemudian pemain dapat mengklaim hadiah yang bermacam-macam seperti item di dalam game, atau mata uang di dalam game tersebut.
Normalnya, iklan jenis ini muncul dalam game dengan jenis free to play, yang biasanya didominasi game mobile. Ada pula merek yang beriklan dengan melakukan kolaborasi dengan game tertentu.
Biasanya, kolaborasi ini akan menghadirkan in-game item dalam durasi terbatas. Kolaborasi juga dilakukan dengan menjadi sponsor dalam turnamen game tertentu.
Contohnya Biznet yang menjadi sponsor untuk turnamen DOTA 2 Bali Major. Pemanfaatan game sebagai sarana beriklan memang bukan hal yang baru.
Namun, pemanfaatannya belum terbilang optimal. Terlebih di ranah game mobile yang notabene memiliki banyak game berkategori free to play.
Hal ini tercermin dalam riset yang dilakukan oleh data.ai. Dalam laporannya yang berjudul State of App Revenue, ada setidaknya US$ 336 miliar monetasi iklan secara global yang terjadi di ranah mobile.
Hanya 35% di antaranya diakuisisi oleh aplikasi game. Sementara itu, sisanya diakuisisi oleh aplikasi besar, seperti Facebook, Instagram, TikTok, Pinterest, Snapchat, Twitter, LinkedIn, dan YouTube, serta aplikasi non-game lainnya.
BACA JUGA: Periklanan: Pengertian, Tujuan, dan Jenis-Jenisnya
Kendati demikian, pertumbuhan periklanan melalui game ini menunjukkan prediksi tren yang positif. Pertumbuhan periklanan melalui game diprediksi terus terjadi sampai 2025.
Laporan Technavio yang berjudul Attractive Opportunities in In-Game Advertising Market by Platform and Geography-Forecast and Analysis 2021-2025 menunjukkan hal tersebut. Dari segi nilai, periklanan di game diprediksi bertumbuh sebanyak US$ 3,54 miliar pada tahun 2025.
Dari tahun ke tahun, nilai periklanan di game juga akan bertumbuh sebanyak 16%. Laporan menunjukkan pertumbuhan ini didorong dari bertambahnya jumlah pemain game dan berkembangnya kolaborasi antarpengiklan.
Dari segi segmen pasar sendiri tidak banyak mengalami perubahan. Mobile, PC, dan konsol, seperti Playstation dan XBox masih menjadi segmen utama dari periklanan di game.
Pasar periklanan di game sendiri terkonsentrasi dan dikuasai beberapa pemain besar, seperti Alphabet Inc., Anzu Virtual Reality Ltd., Blizzard Entertainment Inc., Electronic Arts Inc., dan ironSource Ltd. Sementara itu, penyumbang terbanyak pertumbuhan tersebut akan berasal dari region Asia Pasifik.
BACA JUGA: Dentsu Indonesia: Potensi Pasar Periklanan Diperkirakan Tumbuh 14%
Data di atas menunjukkan mengapa beriklan di dalam game menjadi metode periklanan yang layak dilakukan. Selain itu, game membuat iklan menjadi hal yang dinanti para pemainnya, terlebih pemain game free to play.
Jayesh Shivdasani, Country Manager AdColony mengatakan dalam bentuk rewarded video, pengiklan dapat meningkatkan engagement antara pemain dengan iklan yang muncul. Menurut Shivdasani, saat bermain game, 69% mobile gamers tidak melakukan multi-tasking dan menggunakan second-screen.
Mereka sepenuhnya fokus ke game yang mereka mainkan. Dengan begitu, ketika iklan full-page muncul, perhatian pemain akan sepenuhnya tertuju ke iklan tersebut, yang akan mendorong tingkat engagement.
Berita itu dapat dibaca selengkapnya di Majalah Marketeers Edisi Agustus 2023
Editor: Ranto Rajagukguk