Penampilan itu bagian penting dari penilaian seseorang. Oleh sebab itu, tak jarang para pria kerap menjaga penampilan mereka dengan memotong rambut. Hal tersebut berhasil ditangkap oleh Captain Barbershop yang saat ini memiliki 47 cabang tersebar di Indonesia.
Pada acara DSC 12 Webinar #16 yang bertajuk Building Service Based Business: How Important is Customer Experience secara virtual, Yogi Ong, Co-Founder dan CMO Captain Barbershop menceritakan bagaimana perjalanan bisnisnya. Awal mula membangun Captain Barbershop hanya sebagai wadah untuk mendistribusikan pomade yang sempat booming di pertengahan tahun 2015. Captain Barbershop merupakan salah satu importir pomade. Tapi berjalannya waktu bisnis berubah. Fokus beralih ke barbershop yang menyasar target market kelas C dan B, namun dengan interior kelas A.
“Melihat berdasarkan kebiasaan dan perilaku para pria yang cenderung tidak suka pergi ke mall, kami memutuskan untuk membangun bisnis ini di ruko yang dekat dengan pemukiman. Kami selalu mencari lokasi yang sesuai dengan keuangan,” ungkap Yogi.
Ia menegaskan, Captain Barbershop memiliki dua klasifikasi dalam menentukan lokasi. Pertama, jika membuka di pemukiman yang sudah berkembang tidak perlu berada di gerai utama atau paling depan. Kedua, jika berada di pemukiman yang sepi, maka mencari gerai yang memiliki akses jalan yang ramai diakses orang banyak.
“Sebelum memutuskan lokasi, tentu kami melakukan survei yang dilakukan tim business development. Biasanya, berdasarkan pemekaran bisnis seperti melihat dari data member dan traffic sekitar diberbagai waktu. Selain itu, juga melihat juga kompetitor yang berada di lokasi tersebut,” ujar Yogi.
Mendirikan Captain Barbershop dengan enam orang di dalamnya, tentu tidak mudah menyatukan visi dan misi serta sudut pandang. Ia menyampaikan bahwa di antara 6 orang saling menginvestasikan tenaga dan kemampuan yang dimiliki, bukan hanya modal saja. Dengan demikian, masing-masing memiliki tanggung jawab dan bagian pekerjaan.
“Di sini, tidak ada yang menaruh modal saja, tapi ada bagian pekerjaan yang dilakukan. Sehingga, kami percaya semua visi misi sama, yakni jika ingin mengembangkan merek ini pasti tujuannya membangun tanpa menyisipkan keinginan individu,” tegas Yogi.
Tak hanya itu, ia mengungkap kesulitan lain yang dihadapi sebagai pemain dibidang jasa yang menggantungkan omsetnya pada Sumber Daya Manusia (SDM). Para pemotong rambut di Indonesia memiliki beragam latar belakang yang berbeda dengan pemotong rambut luar negeri yang kebanyakan telah memiliki sertifikasi dan pelatihan yang matang, sehingga sering kesulitan dalam mengatur kebiasaan dan sikap mereka.
“Berdasarkan kesulitan tersebut, semenjak tahun lalu kami membuat head office sebagai persiapan yang bertujuan sebagai pusat training dan academy. Hal ini sebagai penunjang jika bisnis berkembang semakin besar, kami ingin memiliki pondasi yang kuat,” pungkasnya.
Ia menyampaikan pelatihan yang diterapkan dari sisi attitude, bagaimana cara berbicara dengan pelanggan, dan tren potongan rambut terkini. Menariknya, Captain Barbershop mencari SDM yang memiliki sikap yang baik dibandingkan kemampuan dalam memotong rambut karena kemampuan serta passion itu bisa dikembangkan saat terjun dan melakukannya.
“Di bidang jasa yang paling penting adalah customer experience, bagaimana pelayanan dapat menyentuh hati para pelanggan. Bagaimana pelanggan mendapat satisfaction yang nantinya hal tersebut akan memperkenalkan kualitas dan membangun kesadaran merek yang dihasilkan dari pemasaran word of mouth, sehingga akan dicari orang,” tutup Yogi.
Editor: Eko Adiwaluyo