Perluas Kolaborasi Kunci Sukses Pegadaian di Masa Sulit

marketeers article

Sebelum pandemi ini terjadi, PT Pegadaian (Persero) menargetkan perubahan porsi produk gadai dan non gadai mereka pada tahun 2023 mendatang. Terlebih lagi, dengan rencana Pegadaian mengembangkan produk fintech. Namun, rencana tersebut harus ditunda karena banyak nasabah yang terdampak pandemi.

“Berbeda dengan krisis yang dihadapi Indonesia pada tahun 1998 dan 2008 yang berdampak pada korporasi. Saat ini, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) menjadi yang paling merasakan. Sehingga kami rasa, produk gadai harus kami optimalkan,” ujar Direktur Utama PT Pegadaian (Persero) Kuswiyoto.

Masyarakat Indonesia saat ini membutuhkan dana-dana jangka pendek untuk menyambung kehidupan atau mulai membuka usaha. Meski banyak usaha yang terpaksa berhenti, namun tidak sedikit pula yang memulai. Selain itu, perlu diperhatikan pula masyarakat di golongan menengah ke atas.

Kuswiyoto menjelaskan, meski menyandang label golongan menengah atas, sebagian dari mereka tidak memiliki likuiditas. Penyebabnya beragam, mulai dari kurangnya order pekerjaan, kebanyakan likuiditas mereka berbentuk aset tidak bergerak, dan lainnya.

Peluang itulah yang dilihat sebagai pasar baru Pegadaian. Untuk memperluas pasar dan saluran transaksi, Pegadaian menerapkan strategi kolaborasi dengan berbagai pihak. Saat ini, setidaknya ada lebih dari 700 perusahaan yang berkolaborasi dengan Pegadaian. Tidak hanya untuk memperluas pasar, Pegadaian juga bekerja sama dengan e-commerce dan retailer untuk meningkatkan layanan bagi nasabah.

Direktur Utama PT Pegadaian (Persero) Kuswiyoto.

“Kami menyadari sekarang adalah zamannya e-commerce. Karena itu, kami menggandeng pemain e-commerce dengan harapan bisa mempermudah nasabah dalam melakukan transaksi. Peningkatan pengguna e-commerce selama pandemi berdampak positif bagi Pegadaian,” kata Kuswiyoto.

Tokopedia dan Shopee menjadi nama-nama e-commerce yang sudah bekerja sama untuk produk Tabungan Emas. Sedangkan untuk e-commerce lain seperti JD.ID, Blibli, dan OLX, Pegadaian memasarkan produk Amanah dengan cukup baik. Hal tersebut terlihat dari adanya peningkatan nasabah.

Terus berusaha menggaet golongan menengah ke atas yang kelebihan likuiditas. Selama pandemi, Tabungan Emas menjadi salah satu produk Pegadaian yang cocok bagi mereka yang memiliki idle cash, tapi tidak tahu harus disalurkan ke mana.

Hingga September 2020, peningkatan nasabah Tabungan Emas mencapai tiga juta nasabah. Hal ini tampaknya merupakan dampak dari kenaikan harga emas yang cukup tinggi sehingga produk ini laris manis di pasaran.

Namun, Kuswiyoto mengatakan pencapaian tersebut tidak mudah didapatkan. Dalam empat bulan terakhir, mereka terus melakukan edukasi. Salah satu cara yang diambil adalah berkolaborasi dengan influencer.

“Di saat krisis, harga emas bisa mengalami peningkatan hingga 30% dan bisa sangat menguntungkan untuk jangka panjang. Jika kita simpan dalam tabungan rupiah yang bukan deposito, bunganya hanya 1-2% saja. Tetapi, return dari emas akan jauh lebih besar. Sehingga, tabungan ini bisa menjadi produk yang sangat menguntungkan untuk jangka pendek maupun jangka panjang,” jelas Kuswiyoto.

Jika bicara mengenai target, hingga akhir Oktober 2020, Pegadaian mengalami pertumbuhan outstanding loan hingga 19% year on year. Sedangkan, untuk omzet naik 17% dan jumlah nasabah meningkat secara keseluruhan hingga 16%.

“Laba memang agak berkurang dikarenakan banyak nasabah yang berasal dari UKM belum dapat mengembalikan pinjamannya. Kendati demikian, Pegadaian mengalami pertumbuhan yang cukup baik,” tutup penerima The Best Industry Marketing Champion 2020 Multifinance Sector ini.

Related