Puasa tahun ini bisa dibilang lebih menantang. Selain harus menahan hawa nafsu, berikut haus dan lapar, kondisi tubuh harus tetap fit di tengah penyebaran COVID-19. Dalam siaran persnya, Dokter Spesialis Paru Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) mengatakan meski puasa tidak terlalu berefek pada ketahanan tubuh atau sistem imun, namun imunitas seseorang harus tetap diperhatikan.
Menurutnya, upaya pencegahan pada masa COVID-19 termasuk di bulan Ramadan ini sampai pascapandemi tidak berbeda, antara lain, dengan social distancing, physical distancing, memakai masker, cuci tangan, kemudian hidup bersih dan sehat. Hidup sehat artinya makan teratur, mengonsumsi nutrisi yang baik, jangan begadang, tidak merokok, dan lainnya.
“Virus ini harus dilawan dengan imunitas yang. Sistem imun pun membutuhkan nutrisi yang baik pula. Di sisi lain, kita tahu apakah makanan yang dikonsumsi sudah seimbang atau belum. Tidak ada salahnya kita lengkapi kebutuhan vitamin dengan multivitamin atau suplemen,” ujar Erlina
Tak hanya itu, Dr. Inggrid Tania, M.Si, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) mengatakan, untuk meningkatkan dan memelihara daya tahan tubuh upayanya harus holistik. Misal, tidur yang cukup, istirahat yang cukup, makan yang bergizi seimbang. Sebisa mungkin hindari stres, air putih yang cukup. Beberapa hal ini menjadi kebutuhan mendasar tubuh kita.
“Ketika tubuh mengharuskan kita mengkonsumsi suplemen, maka konsumsilah suplemen sesuai dengan kebutuhan,” kata Inggrid.
Meski begitu, mengkonsumsi suplemen tetap dibarengi dengan upaya lain yang mampu menjaga dan meningkatkan sistem imun, seperti minum air putih cukup, istirahat cukup. Artinya, mengonsumsi suplemen itu bukan upaya utama, tetapi sebagai upaya pendukung
Inggrid memberikan contoh curcumin yang terkandung dalam temulawak. Tanaman ini mampu berperan sebagai zat bioaktif memiliki banyak manfaat, seperti antioksidan, antiinflamasi, dan imunomodulator. Sifat-sifat itu bermanfaat pada berbagai kondisi kesehatan maupun kondisi yang patologis. Termasuk saat pandemi ini. Penelitian-penelitian yang sudah ada juga menunjukkan bahwa Curcumin memiliki sifat antivirus.
Selain orang dewasa, pemberian cucurmin juga bisa diberikan pada anak-anak. Campuran curcumin atau esktrak temulawak di dalam multivitamin, bersifat sinergis. Artinya, selain ada sifat immunomodulator, Curcumin memberikan manfaat lain bagi anak-anak, misalnya, memperbaiki nafsu makan, dan bisa membantu pertumbuhan juga.
Hal penting lainnya adalah hampir tidak ada kontra indikasi konsumsi curcumin, pada anak-anak. Perbedaan pada anak-anak dan dewasa hanyalah di dosisnya saja. “COVID-19 ini sendiri adalah infeksi virus. Karena infeksi virus ini bersifat self limiting deases, jadi sangat tergantung pada sistem imun kita,” tutup Inggrid.
Di lain pihak, DR. Raphael Aswin Susilowidodo, M.Si, VP Research and Development SOHO Global Health menganjurkan masyarakat untuk menggunakan temulawak yang telah diekstrak. Penggunaan temulawak yang telah diekstrak menurut Aswin lebih efektif menjaga kesehatan tubuh karena kadar curcuminnya lebih terukur. Semakin terukur, maka curcumin yang dikonsumsi akan sesuai dengan kebutuhan tubuh.
“Untuk mendapatkan ekstrak curcumin 20 mg diperlukan 7500 mg temulawak segar. Kami pun memiliki produk Curcuma FCT yang lebih mudah dikonsumsi tanpa repot membuat rebusan,” ujar Aswin.
SOHO sendiri memiliki beragam produk berbasis temulawak, seperti Curcuma FCT, Curcuma tablet dan Curcuma Plus. Untuk anak-anak, Curcuma Plus tersedia dalam bentuk vitamin sirup, tablet dan dan susu pertumbuhan.