Potensi industri manufaktur, khususnya di sektor otomotif Indonesia yang besar menjadi daya tarik bagi industri robot atau otomasi global. Apalagi dalam implementasi industri 4.0, industri otomotif membutuhkan proses produksi yang lebih efektif dan efisien. Tentu, semua ini bermuara kepada pendapatan dan pertumbuhan bisnis yang lebih baik.
Di sisi lain, teknologi robot diyakini dapat meningkatkan daya saing industri otomotif Indonesia dalam era Otomotif 4.0. Kukuh Kumara, Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mengakui pabrikan otomotif di Indonesia sudah mengadopsi teknologi robot atau otomasi.
Menurut Kukuh, industri otomotif Indonesia merupakan salah satu industri strategis di Indonesia. Kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia 2018 mencapai 1,76% atau setara Rp 260,9 triliun. Untuk itu, pasar ini sangat menjanjikan.
“Industri otomotif juga masuk kelompok 10 besar investasi asing langsung di Indonesia pada 2018 senilai US$ 1 miliar,” jelas Kukuh dalam diskusi Forum Wartawan Otomotif Indonesia (Forwot) bertajuk Peningkatan Daya Saing Industri Otomotif Indonesia Menuju Era Otomotif 4.0 di Jakarta, Kamis (15/8/2019)
Dari sisi penjualan, sejak tahun 2012 hingga tahun 2018, penjualan mobil di Indonesia berada di level satu jutaan unit. Pada tahun ini, Gaikindo memprediksi penjualannya mencapai 1,1 juta unit.
“Industri otomotif Indonesia makin kompetitif, karena sudah banyak menggunakan teknologi robot. Namun, memang proses adopsinya dilakukan secara bertahap. Karena nilai ekonomis dari teknologi ini terus dihitung saat digunakan dalam satu tahapan produksi kendaraan,” lanjut Kukuh.
Sementara, pengamat otomotif Agus Thajajana, memaparkan bahwa beberapa pabrikan otomotif Indonesia memang sudah memanfaatkan teknologi robot, seperti Daihatsu, Toyota, dan Honda (mobil). Beberapa bagian yang sudah dikerjakan robot, antara lain pengecatan bodi mobil, pemasangan sealer kaca, pengelasan komponen bodi, pemasangan bagian mesin, dan sebagainya.
“Untuk pabrik yang telah memproduksi 500 unit mobil per hari, sudah waktunya untuk berinvestasi ke robot. Selain untuk menjamin kualitas yang konsisten, penggunaan robot juga akan lebih efisien dan mendukung kecepatan produksi,” ujar Agus Thajajana yang juga menjadi komisaris di PT Inalum (Persero).
Sakari Kuikka, General Manager Universal Robots, mengatakan potensi pasar Indonesia menjanjikan, karena rasio penggunaan robot di industri manufaktur Indonesia secara keseluruhan masih rendah. Rasionya, lima robot per 10 ribu karyawan. Artinya lima robot dioperasikan oleh 10 ribu karyawan. Sedangkan negara lain rasionya lebih tinggi, seperti Singapura yang memiliki rasio 658 robot per 10 ribu karyawan. Bahkan rata-rata dunia rasio penggunaan robotnya 85 per 10 ribu karyawan.
“Rasio penggunaan robot Malaysia dan Thailand lebih tinggi dibandingkan Indonesia, yakni 40-50 robot per 10 ribu karyawan. Negara lain, seperti Filipina dan India, berada satu level dengan Indonesia dengan rasio tiga-empat robot per 10 ribu karyawan,” tutup Kuikka.
Editor: Sigit Kurniawan