Neraca perdagangan Indonesia pada November 2019 mencatat defisit 1,33 miliar dolar AS, setelah pada bulan sebelumnya mengalami surplus 0,17 miliar dolar AS. Perkembangan ini, seperti dikutip dari keterangan resmi Bank Indonesia, terutama dipengaruhi kenaikan impor barang konsumsi sesuai pola musiman jelang akhir tahun serta kebutuhan impor untuk kegiatan produktif.
Di tengah kinerja ekspor yang belum kuat sejalan kondisi global yang belum pulih, perkembangan tersebut mengakibatkan neraca perdagangan nonmigas mencatat defisit.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas juga meningkat didorong oleh peningkatan impor migas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor migas pada November 2019. Secara umum perkembangan ini sejalan dengan prakiraan sebelumnya sehingga defisit transaksi berjalan pada 2019 berada sekitar 2,7% dari PDB.
Neraca perdagangan nonmigas pada November 2019 tercatat defisit 0,30 miliar dolar, menurun dibandingkan dengan capaian bulan sebelumnya yang mencatat surplus 1,01 miliar dolar AS. Di satu sisi, perkembangan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan impor nonmigas barang konsumsi, termasuk bahan makanan, sesuai pola musiman akhir tahun.
Selain itu, impor barang modal juga naik, seperti mesin/peralatan listrik serta pesawat mekanik. Di sisi lain, kinerja ekspor nonmigas belum kuat, seperti komoditas bijih, kerak dan abu logam; besi dan baja; serta bahan bakar mineral, di tengah ekspor komoditas lemak dan minyak hewan/nabati yang meningkat.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas pada November 2019 meningkat menjadi sebesar 1,03 miliar dolar AS, dari defisit 0,84 miliar dolar AS pada bulan sebelumnya. Peningkatan defisit tersebut didorong oleh naiknya impor migas baik dalam bentuk minyak mentah, hasil minyak, dan gas, meskipun kinerja ekspor migas juga meningkat didorong oleh naiknya ekspor minyak mentah dan gas.
Bank Indonesia memandang perkembangan neraca perdagangan pada November 2019 mengindikasikan permintaan domestik tetap baik. Peningkatan impor barang konsumsi menggambarkan daya beli yang tetap terjaga.
Sementara itu, peningkatan impor barang modal mencerminkan keyakinan pelaku ekonomi terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap baik. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk prospek kinerja neraca perdagangan.