PT Pertamina (Persero) melaporkan sepanjang tahun 2022 berhasil menggunakan 60% tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dalam proses bisnisnya. Adapun jumlah capaian TKDN melebihi target yang ditetapkan perseroan dengan total nilai mencapai US$ 1,5 miliar atau setara Rp 22,3 triliun (kurs Rp 14.887 per US$).
Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina menuturkan TKDN ini melibatkan lebih dari 5.600 industri manufaktur lokal atau nasional. Hal memberikan efek ganda atau multiplier effect yang besar bagi perekonomian nasional.
BACA JUGA: Naik 49,7%, Laba Bersih Pertamina Geothermal Capai US$ 127,3 Juta
“Dengan TKDN Pertamina yang mencapai 60% bisa memperluas serapan pekerja di seluruh Indonesia sebanyak. Ini bisa menambah penyerapan tenaga kerja 82.000 orang lokal dan nasional,” kata Nicke melalui keterangannya, Rabu (7/6/2023).
Menurutnya, dengan menggunakan komponen lokal yang cukup tinggi memengaruhi kinerja perseroan. Bahkan, tercatat di bidang hulu lifting migas meningkat 15% menjadi 837.000 barel setara minyak bumi per hari (mboepd) dibanding lifting tahun lalu 728 mboepd.
BACA JUGA: Laba Meningkat 63,5%, Pertamina International Shipping Bidik Ekspansi
Bertumbuhnya kinerja upstream ini ditopang pula oleh kegiatan investasi dan pemanfaatan teknologi. Upaya tersebut dapat mencapai success ratio dalam kegiatan pengeboran hulu dan memicu optimalisasi produksi. Adapun produksi migas tahun ini naik 8% menjadi 967 mboepd.
“Saya mengapresiasi TKDN dalam proses bisnis Pertamina. TKDN ini bertujuan meningkatkan industri dalam negeri, jadi dampak multiplier effect-nya sangat besar,” ujarnya.
Nicke menambahkan dari sisi hilir juga tak luput dari penggunaan TKDN. Hasilnya, operational excellence juga terlihat pada usaha hilir.
Hal ini terlihat dari ketersediaan (availability) dan akses (accessibility) terhadap produk bahan bakar minyak (BBM) kepada masyarakat meningkat, dengan coverage nasional 98% melalui berbagai program seperti BBM Satu Harga, Pertashop dan One Village One Outlet (OVOO).
Distribusi energi melalui program BBM Satu Harga dengan membangun lembaga penyalur BBM di wilayah, tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Hingga akhir 2022, program yang telah dimulai pada tahun 2017 dan bertujuan mendukung pemerintah dalam mewujudkan energi berkeadilan ini telah mencapai 413 titik lembaga penyalur. Khusus tahun 2022, terjadi penambahan dari 92 titik BBM Satu Harga di daerah 3T.
Penyaluran BBM yang mengedepankan prinsip ketersediaan dan keterjangkauan juga dikembangkan Pertamina melalui OVOO. Pengembangan outlet BBM ramah lingkungan yang dikenal dengan Pertamina Shop (Pertashop) ini terus berlanjut untuk menjangkau wilayah pedesaan yang jauh dari SPBU.
Pada akhir tahun 2022 telah mencapai 6.152 Titik Pertashop. Selain BBM ramah lingkungan, melalui program OVOO Pertamina juga membangun agen LPG untuk menyalurkan energi gas tabung.
Hingga akhir 2022, jumlah outlet yang beroperasi sebanyak 64.277 titik. Program ini diharapkan dapat memudahkan masyarakat untuk mendapatkan tabung gas, khususnya LPG Bersubsidi.
“Selanjutnya, Dalam rangka meningkatkan penggunaan gas alam di sektor rumah tangga, Pertamina juga memperluas sambungan gas rumah tangga, di mana pada tahun 2022 telah dibangun 384.000 Sambungan Rumah Tangga (SRT) baru,” tutur Nicke.
Editor: Ranto Rajagukguk