Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal IV tahun 2021 naik 4,5% hingga 5%. Proyeksi ini lebih tinggi dari kuartal III yang tumbuh 3,5% lantaran telah terkendalinya pandemi COVID-19.
Airlangga mengatakan, meskipun penyebaran wabah terus terkendali pemerintah tetap mewaspadai ancaman varian baru Omicron yang telah masuk Tanah Air. Sebab, jika salah dalam penanganan, dampaknya buruk bagi pemulihan ekonomi nasional.
“Proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal IV ini berpotensi tumbuh antara 4,5% sampai 5%,” ujar Airlangga dalam konferensi pers virtual, Kamis (30/12/2021).
Airlangga mengklaim kebijakan pemerintah yang menerapkan rem dan gas saat merebaknya wabah Juli berdampak positif. Kondisi perekonomian mampu ditahan agar tak jatuh terlalu dalam, sedangkan angka penularan virus mampu terkendali.
Meski proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional naik 5%, tantangan tetap muncul, seperti tantangan dari sisi harga komoditas pangan. Pasalnya, ada potensi kenaikan inflasi yang dipicu oleh naiknya harga komoditas khusunya saat Natal dan tahun baru.
“Kami melihat ada potensi kenaikan inflasi dengan beberapa harga yang naik. Sehingga outlook pada tahun 2021 sebesar 1,7%. Memang setiap Desember secara siklus angka inflasi akan naik,” ujarnya.
Airlangga menyebut beberapa komoditas yang terpantau mulai naik, seperti cabai rawit, minyak goreng, telur ayam, dan daging ayam ras. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah telah melakukan operasi pasar yang akan dilakukan hingga harga di tingkat konsumen mulai stabil.
“Realisasi program operasi pasar sekarang sudah mencapai 35%. Ini juga arahan Presiden Joko Widodo untuk terus dilanjutkan,” pungkasnya.
Sebagai informasi, perekonomian Indonesia tetap tumbuh positif pada kuartal III 2021 meskipun melambat dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya, sejalan dengan merebaknya varian delta COVID-19. Ekonomi Indonesia pada triwulan III tumbuh sebesar 3,51%, lebih rendah dari capaian triwulan sebelumnya sebesar 7,07%.
Perkembangan tersebut terutama ditopang oleh kinerja ekspor sejalan dengan tetap kuatnya permintaan mitra dagang utama. Sementara itu, permintaan domestik tumbuh melambat seiring kebijakan pembatasan mobilitas untuk mengatasi varian delta.
Editor: Sigit Kurniawan