Pasar barang dan jasa mewah diprediksi bisa bertumbuh hingga US$ 16 miliar atau setara Rp 260,3 triliun (kurs Rp 16.268 per US$). Proyeksi ini dilaporkan oleh Vero, konsultan komunikasi di Asia Tenggara (ASEAN) melalui penelitian terbaru bertajuk The Emerging Codes of Luxury in Southeast Asia.
Chinchote Sukonthotok, Vero Account Director menjelaskan, saat ini konsumen tidak hanya mencari produk dengan nilai nominal tinggi. Namun, juga menginginkan pengalaman yang bermakna, berkelanjutan, dan memiliki relevansi budaya dalam pembelian mereka serta pada brand yang mereka dukung.
BACA JUGA: Bisnis Barang Mewah di China Melejit Saat Pasar Global Melemah
Chinchote menyebut, terdapat empat kode utama kemewahan yang telah teridentifikasi dalam studi ini, yaitu Selfhood, Legacy, Betterment, dan Playfulness.
Selfhood membawa arti kemewahan sebagai perjalanan menemukan jati sendiri. Lalu Legacy maksudnya sebagai penghubung masa lalu, masa kini, dan masa depan. Kemudian Betterment artinya kemewahan sebagai bentuk komitmen terhadap pertumbuhan pribadi, dan Playfulness yang artinya barang mewah sebagai arena bermain untuk memanjakan diri.
Kode-kode tersebut mencerminkan nilai-nilai yang dihargai oleh konsumen luxury modern di ASEAN serta karakteristik generasi baru yang semakin terlibat dalam ekonomi dan budaya global.
BACA JUGA: Mengapa Produk Mewah Tetap Laris Manis di China Meski Pandemi?
“ASEAN bukan lagi sekadar kawasan produksi, melainkan telah berkembang menjadi pasar konsumen yang penting, terutama untuk barang dan jasa luxury. Hal ini dapat dikaitkan dengan meningkatnya kemakmuran dan selera terhadap sophistication,” kata Chinchote melalui keterangan resmi, Senin (8/7/2024).
Menurutnya, bagi brand luxury yang ingin meningkatkan posisi mereka di ASEAN dan memenuhi permintaan serta preferensi konsumen yang unik, penting untuk merangkul keaslian dan berinovasi dalam penawaran produk.
Hasil penelitian menguraikan strategi untuk membantu brand memanfaatkan tren yang sedang berkembang melalui komunikasi dengan konsumen.
Hal itu bisa dilakukan dengan mengembangkan kolaborasi bernilai tinggi dengan influencer, terlibat dengan komunitas budaya dan kreatif, serta menciptakan momen imersif dan inspiratif.
Influencer dan konten kreator juga memainkan peran penting dalam menjadikan ASEAN sebagai pusat perhatian global. Mereka memfasilitasi perubahan gaya hidup, menginspirasi audiens mereka untuk menjalani kehidupan yang luxury dan aspiratif.
“Sebab itu, penting bagi brand untuk bermitra dengan influencer gaya hidup dan trendsetter yang dapat secara efektif mengkomunikasikan daya tarik luxury dan membentuk persepsi konsumen,” ujarnya.
Sementara itu, Prapasri Vasuhirun, Vice President Vero Xperience menambahkan, memilih influencer yang tepat bisa jadi menantang. Kendati demikian, teknologi dan metodologi inovatif dapat membantu menganalisis dan menentukan siapa yang paling sesuai dengan identitas dan misi brand.
Identifikasi performa influencer dengan berbasiskan data sangat membantu brand untuk bisa menghasilkan dampak optimal. Melibatkan konsumen dengan pengalaman yang tak terlupakan juga menumbuhkan keterlibatan emosional dan brand affinity.
“Lalu dikombinasikan dengan acara imersif memiliki dampak besar pada hubungan brand dengan konsumen. Brand juga dapat menawarkan peluang unik untuk terhubung dalam cerita dan pengalaman bersama, sehingga menumbuhkan loyalitas yang mendalam dan bertahan lama,” ujarnya.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz