Di saat ekonomi Indonesia mengalami kontraksi karena pandemi COVID-19, sektor pertanian justru menjadi salah satu sektor yang berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi negara. Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian bertumbuh sebesar 16,2% (quartal-to-quartal) pada kuartal kedua 2020. Sedangkan secara year-on-year pertumbuhannya mencapai 2,19%.
“Ini mengejutkan, pertumbuhan sektor pertanian secara year-on-year malah mengalami kenaikan. Secara pertumbuhan, sektor pertanian berada di nomor dua. Begitu pula sumbangannya terhadap PDB negara berada di nomor dua setelah perindustrian,” kata Hermawan Kartajaya, Founder dan Chairman MarkPlus, Inc. dalam acara Government Roundtable, Senin (19/10/2020).
Hermawan mengatakan, pertumbuhan sektor pertanian boleh jadi diakibatkan karena psikologis masyarakat yang takut terhadap kekurangan pasokan pangan karena pandemi COVID-19. Pemerintah pun juga telah melakukan segala cara untuk menjaga ketahanan pangan negara dengan melibatkan Kementerian Pertahanan untuk memulai food estate dengan memanfaatkan lahan gambut.
Selain itu, pertumbuhan sektor pertanian juga didukung dengan kebijakan pemerintah dalam memberikan berbagai bantuan kepada petani salah satunya melalui subsidi pupuk. Menurut Hermawan, supply site memang harus terus dibantu untuk mengurangi tekanan di sektor pertanian.
Memasuki masa recovery di tahun 2021-2022, semua sektor industri perlu bersiap untuk dapat menangkap peluang yang ada, termasuk sektor pertanian yang saat ini sedang bertumbuh. Caranya dengan pemanfaatan teknologi di sektor pertanian yang dapat membantu meningkatkan produksi dan mendukung ke arah sustainability development goals.
“Menjelang 2030 makin banyak negara yang menginginkan pertaniannya lebih sustainable. Jadi, teknologi tidak hanya digunakan untuk meningkatkan produktifitas, tetapi juga dapat menghasilkan sustainable product,” pungkas Hermawan.
Hermawan juga menekankan pentingnya untuk memanfaatkan bonus demografi yang akan terjadi beberapa tahun ke depan. Jangan sampai bonus demografi di Indonesia menjadi kecelakaan demografi, yaitu banyak penduduk usia produktif namun tidak memiliki keahlian di bidang teknologi.
“Di sektor pertanian ini penting, karena sektor ini membutuhkan teknologi baru. Adanya teknologi baru menuntut kita untuk memilki skill baru. Tidak hanya dalam memanfaatkan teknologi tapi juga mengoptimalkan. Jika nantinya setiap kegiatan sudah dilakukan oleh artificial intelligence, kita harus dapat mengambil insightnya, termasuk di sektor pertanian,” tutup Hermawan.