Bisnis perikanan di Indonesia terbilang menggiurkan. Bagaimana tidak, sumber daya yang begitu kaya terhitung masih minim penggarapan. Namun, persoalan di bidang pengolahan dan distribusi kerap menjadi tantangan besar. Menjawab tantangan ini, Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) berhasil mencatatkan pertumbuhan mencengangkan. Dalam tiga tahun terakhir, Perindo menyulap pendapatan mereka dari Rp 200 Miliar menjadi Rp 1 triliun. Apa yang mendasari hal ini?
Membuka catatan bisnis Perindo pada tahun 2016, pendapatan Perindo berada di angka Rp 200 miliar. Jumlah ini meningkat di tahun 2017 mencapai Rp 600 miliar, dan tembus Rp 1 triliun pada tahun 2018.
Risyanto Suanda, Direktur Utama Perum Perikanan Indonesia mengatakan pertumbuhan bisnis Perindo diiringi dengan perbaikan proses bisnis, termasuk penambahan lini bisnis.
“Jika sebelumnya bisnis Perindo bergerak di bidang sewa pelabuhan dan penangkapan, kini kami perluas hingga ke tahap budidaya, processing, dan perdagangan. Kami mencoba menggarap sampai ke ritel, dan ini semua tak lepas dari pemanfaatan teknologi yang terus kami kembangkan,” jelas Risyanto dalam gelaran BUMN Marketeers Club ke-60 di Jakarta, Selasa (29/01/2019).
Bicara pemanfaatan teknologi di bidang budidaya, Perindo menerapkan metode micro bubble tech dengan water control system. Teknologi memungkinkan proses deteksi dan monitoring dilakukan dari mana pun sehingga persoalan seperti kemungkinan kualitas air yang buruk bisa segera diperbaiki.
Tak hanya itu, Perindo turut mengaktifkan CCTV di area penangkapan ikan. “Penggunaan CCTV akan membuat orang lebih berhati-hati sehingga seluruh prosedur diharapkan akan berjalan sesuai dengan SOP,” kata Risyanto. Perindo juga menggunakan teknologi Fishfinder dan VMS dalam proses penangkapan ikan.
Sebelum menutup semester ini, Perindo menargetkan bakal meluncurkan produk terbaru yang berada di lini ritel. “Ini merupakan lini bisnis baru yang akan kami coba. Kami akan membuat produk ikan yang ready to cook atau bahkan ready to eat untuk menjawab kebutuhan para anak muda saat ini yang mungkin tak punya waktu banyak untuk mengolah ikan,” uajr Risyanto.
Manfaatkan Sinergi antar BUMN
Pencapaian Perindo dikatakan Risyanto tak lepas pula dari sinergi antar perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), antara lain Garuda Indonesia.
“Garuda Indonesia telah melakukan diferensiasi usaha, antara lain meluncurkan pesawat khusus kargo, dan mayoritas yang kami antarkan adalah ikan. Kami mengirim ikan segar dari Timur ke Osaka. Jika di Indonesia harganya Rp 50 ribu, tiba di Hong Kong bisa sampai Rp 2 juta,” papar Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Mohammad Iqbal.
Menargetkan tembus Rp 1,39 triliun pada tahun ini, Perindo dikatakan Risyanto akan fokus meningkatkan nilai ekspor. Jika pada tahun lalu 25% pendapatan Perindo berasal dari ekspor, maka tahun ini Perindo menargetkan separuh dari target pendapatan mereka berasal dari ekspor.
“Jadi, kami akan terus menambah ekspor dan ini tentu seiring dengan kesiapan kami di lapangan. Kita membeli dari nelayan, memproses, menyimpan dan salah satunya untuk diekspor. Sejauh ini, kita cukup kuat dalam mengekspor ikan-ikan dasar, seperti cumi dan gurita dari Merauke, Bacan, Ternate, hingga Natuna,” jelas Risyanto.
Editor: Sigit Kurniawan