“Industri jasa pengiriman adalah salah satu industri yang akan terus ada sepanjang masa, selama masih ada kehidupan manusia,” ujar Budiyanto Darmastono, Direktur Utama SAP Express saat membuka Due Diligence Meeting & Public Expose di Bursa Efek Indonesia, Selasa, (4/9/2018).
Meski baru berumur empat tahun, perusahaan logistik lokal PT Satria Antaran Prima Tbk (SAP Express) sudah siap meluncurkan penawaran umum perdana saham pada awal Oktober 2018. Perusahaan ini optimistis apabila torehan IPO akan meningkatkan laba perusahaan hingga sebesar Rp 300 miliar.
SAP akan menjual 600 juta lembar saham atau 60% dari Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh. Harga jual yang diharapkan berkisar Rp 220-Rp 260 per lembar, yang artinya potensi dana yang bisa diraih perseroan berkisar Rp 132 miliar hingga Rp 156 miliar.
Sebanyak 61,5% dari dana segar itu nantinya digunakan untuk membayar utang obligasi konversi. Sementara sisanya 38,5% dialokasikan untuk modal kerja, khususnya menambah jaringan dan memperbesar pasar di sektor kurir e-commerce.
Budiyanto yang adalah mantan petinggi perusahaan kartu kredit melihat bahwa perusahaan logistik memiliki potensi bisnis yang menjanjikan. Awalnya, pada tahun 1994, ia mendirikan PT Nusantara Card Semesta (NCS) dan menjabat sebagai CEO. Pada tahun 2013, ia langsung mendirikan usaha kurir sendiri SAP Express.
“Rata-rata pertumbuhan industri logistik selama tiga tahun terakhir sebesar 30%. Saya yakin, saham SAP harus dimiliki karena memang industrinya sedang pick up,” terang dia.
Pihaknya mengklaim bahwa SAP adalah perusahaan logistik pertama di Indonesia yang membuka cabang tercepat. Sampai saat ini, total cabang SAP lebih dari 70 cabang dengan 200 outlet. Seluruh cabang itu dikelola sendiri alias bukan bersistem keagenan. Tahun depan, pihaknya berencana melipatgandakan jumlah cabang dengan 1.000 outlet yang tersebar di ratusan kabupaten di tanah air.
Ia bilang, bisnis logistik adalah bisnis jaringan. Sehingga, mereka yang bisa memenangkan persaingan adalah yang memiliki banyak jejaring. Dengan demikian, produk semakin lebih mudah dan murah untuk didistribusikan.
“Keunggulan SAP adalah bukan keagenan, sehingga omzet yang kami dapat tidak dipotong oleh agen. Meksipun, pada tahun lalu, beban biaya operasional kami naik 54% karena mengejar pembukaan cabang,” papar Budi.
Kendati demikian, kinerja perusahaan per kuartal pertama 2018 cukup positif. SAP Express membukukan pendapatan Rp 48,2 miliar, naik 54,3% dibandingkan kuartal pertama tahun 2017 yang sebesar Rp 31,2 miliar. Sementara pendapatan selama tiga tahun terkahir (2015, 2016, dan 2017) secara berturut-turut sebesar Rp 148,2 miliar, Rp 117,4 miliar, dan Rp 60 miliar.
(Baca Juga: E-Commerce Lejitkan Bisnis Kurir SAP Express)
Budi mengatakan, sumber pendapatan perusahaannya saat ini masih ditopang oleh sektor korporasi yang menyumbang 41%, disusul oleh perbankan 35%, e-commerce 11%, asuransi 11%, dan ritel 2%. Sebagai nahkoda perusahaan, Budi memprediksi sektor perdagangan online bakal menuai berkah tahun-tahun mendatang.