Potensi pasar perangkat lunak berbasis edukasi semakin menjanjikan. Di era ini, keseharian para pelajar tampak semakin akrab dengan teknologi. Tentu, ini menjadi pertanda baik bagi masa depan peranti lunak khusus pendidikan. Namun, ada tantangan yang harus dihadapi pengembang peranti lunak edukasi di Indonesia ini.
Pesona Edu, salah satu pengembang perangkat lunak yang fokus pada pendidikan mengungkapkan tantangan tersebut. Bambang Juwono, Managing Director Pesona Edu menilai banyak orang masih belum berpihak pada kualitas. “Kami sangat mempertahankan kualitas. Banyak orang yang sekadar memilih yang murah saja,” kata Bambang kepada Marketeers.
Pesona Edu memiliki sejumlah kriteria standar dalam memproduksi peranti lunak. Bambang menilai, hal yang pertama adalah harus tepat secara konten. Selain itu, tampilan animasinya haruslah menarik. Yang terpenting, peranti lunak harus mampu menjelaskan konsep-konsep pelajaran yang sulit menjadi lebih mudah dimengerti. “Anak-anak harus merasa senang dalam menggunakannya dan mampu memahami konsep dengan lebih mudah,” ungkap Bambang.
Selama berkiprah sejak tahun 1986 hingga tahun 2015, sekitar 12.000 sekolah telah menggunakan pearnti lunak besutan Pesona Edu. Pada dekade pertama kehadirannya, Pesona Edu mensosialisasikan produknya ke sekolah-sekolah. Ada 250.000 sekolah yang menjadi target pemasarannya. Pada dekade kedua, pemasaran mulai mengarah ke guru. Sebanyak tiga juta guru juga diperkenalkan dengan peranti lunak ini.
Kini, kolaborasinya dengan Gramedia, Intel, Microsoft, dan Saratech International, Pesona Edu menghasilkan GramediaBook. Melalui tablet edukasi ini, Pesona Edu optimistis bisa lebih menjangkau banyak anak Indonesia. Tablet khusus pelajar ini telah mengusung peranti lunak interaktif dari Pesona Edu. GramediaBook didedikasikan bagi para pelajar SD hingga SMA yang jumlahnya lebih dari 54 juta anak. Dibanderol dengan harga Rp 2,2 juta, GramediaBook siap dipasarkan pada 17 Februari mendatang.