Pesona Jeju Semakin Redup, Turis Lokal Memilih Berlibur ke Luar Negeri
Pulau Jeju merupakan pulau terbesar di Korea Selatan yang menjadi salah satu destinasi wisata favorit, baik bagi turis lokal maupun mancanegara. Peningkatan jumlah wisatawan lokal biasanya terjadi pada musim dingin. Karena, banyak dari mereka memilih pergi ke Jeju karena cuaca yang hangat sepanjang tahun.
Pulau Jeju memang sangat jarang mengalami turun salju. Bahkan, banyak tumbuhan subtropis tumbuh subur di wilayah ini. Selain cuaca, Jeju juga menawarkan pemandangan alam yang berbeda dari daerah lain di Korea Selatan.
Namun, pulau yang terbentuk karena kegiatan vulkanis tersebut tampaknya kini mulai kehilangan pesonanya. Dikutip dari Korea Times, Asosiasi Pariwisata Jeju mencatat jumlah wisatawan Jeju mencapai lima juta pada tahun 2005. Perkembangan tersebut diikuti dengan hasil menakjubkan delapan tahun kemudian. Pulau ini masuk ke era pariwisata besar dengan pengunjung sebanyak sepuluh juta orang.
Perkembangan terus terjadi hingga tahun 2016. Sebanyak 15,9 juta turis tercatat mengunjungi Jeju. Namun, prestasi itu menurun di dua tahun setelahnya. Terlebih lagi setelah pemerintah Cina melarang warganya bepergian ke Korea Selatan karena kecewa akan keputusan politik yang condong ke Amerika Serikat.
Hal itu diperparah dengan minat turis lokal yang juga menurun untuk mengunjungi Jeju. “Tanpa storytelling yang terkait dengan pulau ini, banyak yang datang dengan tujuan bisnis,” ujar staf Dinas Pariwisata Jeju tentang banyaknya bisnis cafe atau tempat makan di Jeju.
“Hal itu membuat turis merasa tidak ada yang istimewa lagi di sini. Sehingga, mereka berhenti kembali,” tambahnya.
Berusaha menjawab tantangan tersebut, pemerintah di Jeju tengah berusaha menonjolkan “sisi Jeju” dan membuat kesan bagi pengunjung. Contohnya dengan menghadirkan makanan, kebudayaan, dan pengalaman unik dengan kesan trendy namun tetap lokal.
Editor: Sigit Kurniawan