Pesona Pantai Perawan di Daerah Perbatasan Nunukan

marketeers article

Tidak banyak yang tahu bahwa daerah perbatasan Indonesia memiliki surga-surga yang masih belum terjamah. Salah satunya adalah kawasan garis pantai Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan. Wilayah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia yang terletak di Kalimantan Utara ini memiliki pesona keindahan luar biasa yang masih perawan.

Berjarak satu jam perjalanan dari Dermaga Liang Bunyu, Kota Nunukan menggunakan kapal feri, kita akan bertemu dengan Pantai Batu Lamampu dan Pantai Kayu Angin. Kedua pantai ini menyambung sepanjang tiga kilometer membentuk pesona pesisir pantai Pulau Sebatik yang mempesona. Laut biru dipadu dengan pasir pantai berwarna coklat bersih menjadi eye candy perairan Ambalat.

Puluhan mil dari pantai, bagang atau bangunan penangkapan ikan nelayan Kabupaten Nunukan mengapung di tengah lautan. Di malam hari, bagang-bagang ini akan terlihat seperti kunang-kunang di tengah lautan gelap. Cahaya  datang dari lampu petromaks yang sengaja dipasang oleh nelayan guna menarik ikan dan udang ke dalam jaring yang mereka pasang di bagang.

Meskipun masih perawan, kawasan pantai Pulau Sebatik sudah layak dikunjungi wisatawan. Berbagai fasilitas sudah dibangun di kawasan ini seperti hotel, kedai dan restoran yang menjual kuliner khas Suku Dayak Tidung, hingga gazebo di Pantai Batu Lamampu untuk menikmati pesona pantai.

Kondisi geografis Pantai Batu Lamampu dan Pantai Kayu Angin yang cukup landai membuat kawasan kedua pantai ini sangat cocok untuk digunakan untuk aktivitas olah raga air. Dengan ombak yang tidak terlalu tinggi, Pengunjung bisa berenang sambil melakukan snorkeling menikmati keindahan bawah laut pesisir Pulau Sebatik.

Untuk mencapai Pulau Sebatik, pengunjung bisa menumpang KM Manta dari Dermaga Liang Bunyu. Dengan membayar Rp 19 ribu untuk sekali berangkat dan Rp 10 ribu sebagai sewa motor untuk berkeliling kawasan pesisir pantai Pulau Sebatik, pengunjung bisa menikmati keindahan pesona daerah perbatasan Indonesia dan Malaysia yang masih perawan.

Editor: Sigit Kurniawan

Related