Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2020, sekitar 62% sampah yang dihasilkan konsumen Indonesia didominasi oleh sampah rumah tangga dan hanya kurang lebih 15% yang diproses untuk daur ulang. Berbagai sampah rumah tangga antara lain seperti sampah plastik sachet, plastik multiplayer dan sampah high density poly ethylene (HDPE).
Melihat persoalan terkait sampah di Indonesia, P&G Indonesia sebagai perusahaan fast-moving consumer goods (FMCG) yang memproduksi produk dengan kemasan plastik, menghadirkan program Conscious Living. P&G bekerja sama dengan Octopus Indonesia yang merupakan startup operator pemilahan sampah. Program Conscious Living ini menjadikan P&G sebagai pelopor dalam penanganan jenis sampah sachet, multiplayer dan HDPE yang dapat memiliki nilai ekonomi.
Asrini Suhita yang akrab disapa Ririn selaku P&G Indonesia Sales Senior Director and Sustainability Leader mengaku program Conscious Living merupakan bukti nyata komitmen P&G kepada kelestarian lingkungan. Ia menegaskan bahwa program ini dilatarbelakangi oleh program internal P&G Indonesia selama pandemi COVID-19 berlangsung.
“Seluruh karyawan kami yang bekerja dari rumah sangat bersemangat untuk berkontribusi terhadap lingkungan. Oleh sebab itu, P&G melakukan program Conscious Living bagi karyawan yang mana mereka diajak untuk memilah sampah yang nanti diambil langsung oleh pihak P&G untuk di daur ulang. Menariknya, dalam beberapa bulan berlangsung sampah domestik yang terkumpul dari karyawan kami bisa mencapai 5,1 ton,” ungkap Ririn pada virtual konferensi pers Selasa, (05/10/2021).
Ia menyampaikan berangkat dari kesuksesan tersebut, P&G Indonesia melakukan tata kelola sampah yang dapat berdampak lebih besar dengan memastikan pengelolaan sampah dari produk P&G dengan baik. Ia menambahkan, melalui skema ekonomi sirkular semua pihak yang berperan pada program Conscious Living dapat menerima manfaatnya.
Manfaat yang dapat diperoleh antara lain dari sisi konsumen yang telah memilah sampah dan memanfaatkan layanan dari Octopus untuk pelestari mengambil sampahnya akan mendapat keuntungan berupa poin yang bisa ditukar menjadi pulsa atau token listrik. Lalu dari sisi pelestari bisa mendapat tambahan pendapatan dari menjual sampah yang diambil ke tengkulak. Sementara untuk tengkulak, di dalam program Conscious Living sampah sachet, multilayer dan HDPE jadi memiliki nilai ekonomi.
“Seluruh pihak yang berperan dapat memperoleh insentif dalam mengubah kebiasaan baru yang lebih baik ini. Tak hanya itu, masyarakat umum juga bisa mendapat manfaat karena nantinya sampah dari sachet, multilayer dan HDPE ini akan diolah untuk menjadi pengganti energi batu bara. Sehingga, keseluruhan proses program ini dapat dinikmati oleh masyarakat,” ujarnya.
Andi Muhammad Ichsan selaku CEO Octopus menyampaikan sampah yang masih memiliki nilai jual dapat memberikan dampak bagi masyarakat, oleh karena itu program Conscious Living mampu menjadi sebuah peluang. “Kami melihat sampah selalu menjadi permasalahan. Dengan adanya merek seperti P&G yang melakukan program pengelolaan sampah sachet, multilayer dan HDPE seperti ini, kami merasa terbantu karena selama ini sampah jenis tersebut tidak memiliki nilai,” kata Ichsan.
Editor: Eko Adiwaluyo