PT PGN Tbk menyepakati kerja sama pengembangan bisnis Bio-CNG bersama PT KIS Biofuels Indonesia. Sebagai subholding gas PT Pertamina (Persero), PGN terus mengoptimasi transisi energi menuju energi baru terbarukan (EBT) dan sebagai tindak lanjut pengembangan Biomethane.
Kesepakatan kerja sama dilakukan dengan penandatanganan Nota Kesepahaman dalam acara SOE International Conference G20 di Nusa Dua, Bali, (18/10/2022). PGN dan KIS menyepakati pelaksanaan studi kelayakan bersama terkait pengembangan bisnis biomethane mulai dari pembangunan sampai pengembangan biomethane yang dapat dialirkan sampai ke pelanggan baik dalam bentuk Bio-CNG maupun injeksi langsung ke infrastruktur pipa gas PGN.
BACA JUGA: Didukung Pemprov Sumut, PGN Kejar Target 17 Ribu Jargas di Medan
“PGN dan KIS juga sepakat untuk penjajakan investasi bersama dalam rangka pembangunan pabrik Biomethane dan fasilitas pendukung lainnya. KIS akan menyediakan informasi teknis/ komersial kepada PGN terkait dengan proses produksi Biomethane, transportasi, dan pelanggan Bio-CNG,” kata M Haryo Yunianto, CEO Subholding Gas Pertamina PGN, Selasa (18/10/2022).
Bio-CNG merupakan biomethane yang dikompres yang salah satunya melalui pengolahan dari limbah cair pabrik minyak kelapa sawit yang disebut dengan Palm Oil Mill Effluent (POME). Limbah ini akan membahayakan lingkungan karena menyumbang efek rumah kaca jika tidak diolah namun jika dimanfaatkan dengan baik dapat menjadi sumber energi hijau yang ramah lingkungan.
BACA JUGA: Program Bedah Dapur, PGN Sebut Ada 2.122 yang Ikut Mendaftar
Karakteristik biomethane mirip dengan gas bumi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kendaraan, pemanas, dan generator listrik. PGN akan menyediakan informasi yang diperlukan oleh KIS Group dalam penyusunan model investasi yang layak secara teknis maupun komersial.
Dengan kapabilitas KIS pada bisnis Bio-CNG, PGN berharap kerja sama ini dapat berjalan smooth, sehingga dapat menambah produksi CNG di PGN Group dan menjaga ketahanan pasok dengan biomethane.
“Bio-CNG dapat menjadi salah satu opsi untuk pasokan dalam memenuhi kebutuhan gas bumi di wilayah Sumatera. Karakter Bio CNG yang mirip dengan gas yang dialirkan oleh PGN maka memungkinkan fleksibilitas mekanisme swap/saling tukar antar kedua jenis komoditas tersebut,” ujar Haryo.
Kesepakatan kerja sama selanjutnya yaitu mengenai sertifikasi karbon seperti cara memperolehnya dan cara memperdagangkannya. Seperti diketahui, sertifikasi karbon merupakan salah satu mekanisme untuk mendorong pemanfaatan energi bersih atau terbarukan dan meminimalkan emisi karbon.
Pengembangan proyek Bio-CNG potensial menjadi EBT yang dapat membantu menekan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan lebih ramah lingkungan. Dengan bahan baku yang melimpah, Bio-CNG dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang khususnya untuk pembangunan perekonomian nasional yang memberikan multiplier effect bagi masyarakat.
Editor: Ranto Rajagukguk