Berkembangnya gaya hidup baru masyarakat yang didorong oleh kehadiran teknologi baru, memengaruhi kondisi berbagai industri. Termasuk industri perhotelan dan restoran. Pengaruhnya bisa positif bisa juga negatif. Hal ini yang diakui oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Menurut pemantauan PHRI, para pemain industri perhotelan tengah berjuang untuk mempertahankan pertumbuhan bisnis mereka. Sementara industri restoran tengah merasakan buah manis dari kebiasaan baru yang tumbuh di tengah masyarakat.
“Tahun 2017 perkembangan perhotelan belum menggembirakan. Dibanding tahun lalu, turun sedikit sekitar 7%-8%. Dari analisis kami, kondisi okupansi menurun karena banyak rumah-rumah yang dijadikan hotel. Ini dampak dari sharing economy,” kata Henry Husada, Pengurus PHRI pada MarkPlus Conference 2018 di Jakarta, Kamis (7/12/2017)
Henry menyebutkan bahwa para pemain pun tak kehabisan ide. Mereka segera meluncurkan layanan berbasis aplikasi untuk bukan sekadar menjawab tren pemesanan penginapan online tetapi juga meningkatkan visibilitas anggota PHRI. Sebenarnya, setiap hotel sudah banyak yang punya layanan ini. Namun, PHRI akan mengintegrasikannya ke dalam satu aplikasi besar.
Di sisi lain, restoran mulai tumbuh. Trennya silih berganti dan mengarah ke gaya hidup. Tren orang berfoto sebelum makan masih bertumbuh. Para pemain restoran pun memanfaatkannya dengan berbagai inovasi yang “instagramable”.
“Tahun 2018, kami optimistis kedua industri ini kembali bertumbuh. Di daerah pun banyak berkembang tempat wisata baru. Ini baik bagi industri kami,” tutup Henry.
Editor: Eko Adiwaluyo