Picu Siswi SMK di Kendari Bunuh Diri, Ini Bahaya Membandingkan Anak

marketeers article
Ilustrasi membandingkan anak (Foto: 123rf)

Kasus bunuh diri yang dilakukan mahasiswi FKH Unair belum lama luput dari sorotan publik. Ironisnya, baru-baru ini kembali terjadi kasus serupa: seorang siswi SMK di Kendari mengakhiri hidupnya sendiri karena sang ibu kerap membandingkannya dengan anak lain.

Adalah RR, remaja berusia 15 tahun yang melakukan bunuh diri tersebut. Ia mengakhiri hidup dengan menenggak racun serangga di sebuah rumah kos pada Jumat (17/11/2023) lalu karena diduga mengalami depresi.

Dugaan itu mencuat usai pihak kepolisian menemukan pesan terakhir yang dikirimkan oleh RR kepada ayahnya melalui WhatsApp. Ia menyiratkan bahwa hidupnya terasa berat karena sang ibu kerap membandingkannya dengan saudaranya.

Sa tertekan juga tinggal sama mama yang setiap hari marah-marahi saya biar bukan salahku tetap sa dimarahi, dan yang paling sakit opa kalau sa dibeda-bedakan sama I Aril,” demikian penggalan surat wasiat tersebut.

BACA JUGA: Dirasakan Mahasiswi FKH Unair, Ini Bahaya Pola Asuh Overprotektif

Terlepas dari nasib malang yang menimpa RR, membandingkan anak bukanlah sesuatu yang baik. Kebiasaan ini justru akan menimbulkan sederet dampak negatif bagi tumbuh kembang si kecil.

Lantas, efek negatif seperti apa yang dirasakan anak ketika orang tuanya membanding-bandingkan mereka dengan orang lain? Berikut ulasannya yang dilansir dari laman Hello Sehat:

Meragukan Diri Sendiri

Membandingkan anak secara terus menerus bisa membuat mereka meragukan dirinya sendiri. Anak akan mempertanyakan kemampuannya, bahkan dirundung pikiran negatif lalu meyakini bahwa ia tidak akan pernah sukses karena terus merasa cemas dan takut gagal.

Terlebih, jika orang tua tidak pernah mengapresiasi usaha anak dan justru membandingkannya dengan yang lain. Ia akan sulit merasa bangga dengan dirinya sendiri dan puas dengan apa yang dilakukannya.

Menyebabkan Stres

Selain meragukan diri sendiri, kebiasaan membanding-bandingkan anak akan membuat mereka merasa tertekan. Ia akan selalu berpikir bahwa dirinya tidak cukup, dan perasaan tertekan itulah yang berpotensi memicu stres.

Mengalami Kecemasan Sosial

Usai merasa meragukan dirinya sendiri, anak yang kerap dibanding-bandingkan bisa menjadi pemalu dan enggan berhubungan dengan orang lain. Ia akan berpikir bahwa dirinya tak punya apa-apa untuk dihargai atau dibanggakan.

BACA JUGA: Sulli Akui Hidupnya ‘Disetir’ sang Ibu, Pertanda Helicopter Parenting?

Lebih buruknya lagi, anak mungkin menggunakan cara yang negatif saat berinteraksi dengan teman atau saudara. Hal itu karena ia memendam perasaan negatif terhadap orang-orang yang selalu dibandingkan dengannya.

Memunculkan Persaingan

Ketika orang tua membanding-bandingkan anaknya, tak menutup kemungkinan ia diam-diam akan membenci saudara atau temannya tersebut. Ia mungkin berasumsi orang tuanya lebih menyukai dan mencintai anak yang dibandingkannya. 

Akibatnya, muncullah kecenderungan persaingan yang biasa disebut sibling rivalry. Anak akan berperilaku agresif, memicu anak bertengkar, dan menimbulkan kebencian terhadap orang yang sering dibandingkan dengannya.

Mengganggu Fokus dan Talenta

Saat orang tua membandingkan dengan anak orang lain, ia akan merasa dirinya tidak dicintai. Hal itu lantas membuatnya hanya akan berfokus untuk mendapatkan cinta dan perhatian orang tua.

Ia kemudian tidak bisa fokus belajar, atau bahkan dapat memperlambat proses belajarnya. Ia pun jadi tak fokus mengembangkan potensi dan bakat yang dimilikinya karena akan sibuk ‘menyetarakan’ diri dengan orang lain.

Itulah beberapa bahaya membandingkan anak dengan orang lain. Sebagai orang tua, bersikap bijaklah dan hindari kebiasaan ini.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS