Data dari Kementerian Koordinator Perekonomian dalam Pengembangan Vokasi di Indonesia tahun 2020 menyatakan bahwa telah terjadi mismatch 50% antara lulusan sekolah dengan kebutuhan industri. Artinya, lulusan sekolah di Indonesia belum sesuai dengan kebutuhan tenaga pasar.
Sedangkan menurut laporan World Economic Forum (WEF) tahun 2018, akan terjadi pergeseran keterampilan di dunia kerja sebesar 42% pada tahun 2022 mendatang. Sehingga dibutuhkan keterampilan baru yang mengarah pada transformasi digital di dunia kerja.
Dalam acara Pintek Edu-Gathering 2020 yang diadakan oleh PT Pinduit Teknologi Indonesia (Pintek), Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan Doni Koesoema mengatakan bahwa melalui menteri pendidikan yang baru, Indonesia memiliki misi untuk membawa program Pendidikan 4.0. Pengembangan dan implementasi teknologi pun menjadi salah satu fokus untuk memudahkan ekosistem pendidikan serta menciptakan lulusan yang memiliki keterampilan sesuai dengan kebutuhan industri.
“Namun, terdapat kendala salah satunya dari kesiapan institusi seperti dalam segi infrastruktur hingga sistem pembelajaran. Kendala ini menyebabkan standar yang sudah ditetapkan sulit untuk diimplementasikan secara menyeluruh,” jelasnya di Jakarta, Kamis (20/02/2020)
Hal yang sama juga dipaparkan oleh Microsoft Indonesia. Menurut Obert Hoseanto, Senior Education Programs Manager PT Microsoft Indonesia, Microsof percaya bahwa ke depannya para siswa dan mahasiswa Indonesia akan menghadapi dunia kerja yang berbeda. Karena itu, mereka membutuhkan kemampuan yang berbeda pula.
“Untuk mempersiapkan mereka pada dunia transformasi digital, siswa dan mahasiswa perlu dibekali dengan keterampilan pengetahuan tingkat tinggi, kecakapan pengguna teknologi, dan pola pikir yang mencakup inovasi, kreativitas, dan disrupsi pasar,” ujar Obert.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz