PJI Berkolaborasi Dorong Inovasi lewat Dengue Slayers Challenge

marketeers article
PJI berkolaborasi menggelar Dengue Slayers Challenge. (FOTO: PJI)

Prestasi Junior Indonesia (PJI) terus berperan dalam melahirkan generasi muda inovatif lewat kolaborasi. Kali ini kolaborasi dilakukan untuk menggelar Dengue Slayers Challenge.

Robert Gardiner, Academic Advisor and Operations Counsel Prestasi Junior Indonesia mengatakan, Dengue Slayers Challenge merupakan sebuah terobosan baru dalam edukasi penanganan demam berdarah dengue (DBD) bagi generasi muda.

Program kompetisi generasi muda ini sendiri digelar lewat kolaborasi antara PJI, Asia Dengue Voice and Action Group (ADVA), PT Takeda Innovative Medicines (Takeda) dan Kementerian Kesehatan RI.

BACA JUGA: Telkomsel dan Huawei Resmikan Smart Warehouse dan Innovation Center 

“Lewat program ini, para siswa ditantang untuk menggagas beragam ide brilian, seperti aplikasi seluler yang dapat memberi notifikasi area penularan DBD, program edukasi berbasis proyek yang berkolaborasi dengan pemerintah, serta buku interaktif edukasi DBD untuk anak-anak,” kata Robert Gardiner dalam siaran pers kepada Marketeers, Rabu (26/6/2024).

Sejak Februari 2024, program ini telah berhasil meningkatkan pemahaman 123 siswa SMA/SMK dari 17 kota/kabupaten di Indonesia mengenai demam berdarah dengue.

Menurutnya, Dengue Slayers Challenge terbukti telah berhasil memberdayakan para pelajar untuk mengembangkan 41 solusi inovatif pencegahan dan pengendalian demam berdarah dengue.

“Generasi muda perlu didorong untuk berpartisipasi aktif dalam mengatasi tantangan yang dihadapi masyarakat. Melalui program ini, para siswa memperoleh pengalaman pertama mengeksplorasi demam berdarah dengue secara komprehensif sekaligus kesempatan mentransformasi aspirasi mereka menjadi sebuah karya nyata yang bermanfaat,” ujarnya.

BACA JUGA: Lanjutkan Inovasi, MediaTek Luncurkan Dua Cipset Hemat Energi

Dalam Dengue Slayers Challenge sendiri, para siswa ditantang untuk menciptakan solusi inovatif pencegahan dan pengendalian DBD berupa media edukasi (outreach), sistem pengawasan (surveillance & epidemiology), atau strategi pengendalian nyamuk (vector control: prophylaxis/prevention).

Untuk mendukung proses eksplorasi dan penyusunan ide, para siswa telah memperoleh lokakarya demam berdarah dengue, pelatihan design thinking, serta pendampingan dari mentor ahli di bidang kesehatan.

Sebagai puncak program, tim terbaik berkesempatan mewakili Indonesia untuk mempresentasikan ide mereka kepada komunitas internasional, pemimpin kesehatan masyarakat di pemerintah, dan pembuat keputusan pada ajang Asia Dengue Summit ke-7 di Kuala Lumpur pada 5 hingga 7 Juni lalu.

Related

award
SPSAwArDS