Emisi karbon telah menjadi perhatian banyak pihak di seluru dunia, tidak terkecuali Indonesia. Pemerintah terus menggaungkan target untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060. Untuk mencapai tujuan tersebut, tentunya peran para pelaku industri juga dibutuhkan di sini. Berangkat dari hal itu, Pupuk Kalimantan Timur (PKT) pun tidak ketinggalan untuk ikut melakukan upaya penurunan emisi karbon dan berkontribusi.
Sebagai bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PKT menegaskan keikutsertaan dalam program Dekarbonisasi BUMN yang menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca hingga 29% pada tahun 2030 mendatang.
“Sebagai produsen pupuk, PKT juga telah berorientasi untuk terus menekan gas emisi dari hasil produksi dan berinovasi untuk meningkatkan efisiensi energi. Hal tersebut telah menjadi fokus kami yang tertuang dalam roadmap perusahaan 40 tahun ke depan berbasis energi terbarukan,” tutur Direktur Operasi dan Produksi PKT Hanggara Patrianta.
Langkah yang diambil PKT untuk mengupayakan penurunan emisi antara lain menghadirkan berbagai inovasi serta inisiatif strategis. Beberapa telah dilakukan perusahaan, misalnya dengan dekarbonisasi di lingkungan perusahaan hingga sekitar 16% pada tahun 2021.
Sejumlah inovasi yang dinilai dapat berkontribusi pada penurunan emisi karbon perusahaan. Pertama, meningkatkan efisiensi operasional pabrik guna menekan gas buangan. Hal ini dapat dilakukan dengan revamping pabrik ammonia.
Kedua, pengembangan bisnis serta teknologi baru yang fokus pada substitusi bahan baku gas alam. Ketiga, mengganti bahan baku atau energi berbasis fosil dengan yang terbarukan. Misalnya dengan menghadirkan PLTS guna memasok kebutuhan listrik perkantoran dan fasilitas pendukung perusahaan.
Keempat, melakukan pendekatan biologi yang mampu mengurangi emisi gas secara alami. Contohnya dengan penanaman pohon mangrove. Tumbuhan ini diketahui mampu menyerap karbon dalam jumlah lebih banyak dibandingkan ekosistem hutan terestrial.
