PT PLN (Persero) memiliki tugas sebagai penyedia satu-satunya tenaga listrik bagi masyarakat Indonesia. Selain itu, PLN juga memiliki tujuan menunjang pembangunan nasional dengan menjadikan listrik sebagai media meningkatkan kualitas masyarakat dan mendorong kegiatan ekonomi.
Sehingga, PLN mendorong peningkatan kinerja di dalam perusahaan melalui pendidikan bagi para karyawan. Hal itulah yang menjadi gagasan awal dari kehadiran PLN Corporate University (PLN CorpU). Setelah memiliki Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat), PLN CorpU menjadi wadah untuk menggodok potensi karyawan yang tidak hanya dikejar kompetensinya tetapi juga profesionalitasnya.
Jika Pusdiklat difokuskan untuk meningkatkan keterampilan dan kecepatan karyawan, PLN CorpU merupakan tempat untuk penyelarasan antara apa yang ingin dicapai oleh perusahaan lewat program training. Jadi, karyawan nantinya tidak hanya terampil dan cekatan, namun dapat membuat kinerja perusahaan meningkat.
Badrul Musthafa, General Manager PLN Corporate University mengungkapkan bahwa tujuan Pusdiklat dan PLN CorpU ini sama, yaitu menyediakan pembelajaran untuk sistem bisnis di lingkungan PLN dan PLN Group. Namun, PLN CorpU juga fokus pada proses bisnis dengan direktorat lain.
“Pembelajaran di CorpU terbagi menjadi dua tujuan, yaitu meningkatkan kompetensi pegawai dan meningkatkan kinerja unit melalui pembelajaran yang diberikan. Karena itu, PLN CorpU melakukan evaluasi sampai ke level penanganan khusus saat tim menciptakan suatu proyek,” ujar Badrul.
Tidak hanya memiliki pembelajaran dengan sistem class learning, PLN CorpU juga melakukan digital learning. Terlebih lagi, di situasi pandemi yang masih memengaruhi berbagai aktivitas masyarakat saat ini.
“Kami mengakui pembelajaran online di PLN CorpU cukup terlambat. Kami mulai merencanakan sistem online pada akhir tahun 2019. Kami menyadari pentingnya sistem ini untuk menjangkau lebih banyak karyawan,” kata Badrul.
Meski telah direncanakan sejak tahun lalu, sambung Badrul, pandemi COVID telah mempercepat pembelajaran digital tersebut. Jika mulai akhir tahun 2019 hingga Februari 2020 mereka melakukan 8-12 kali digital learning, sejak Maret lalu PLN CorpU telah mencoba melakukan digital learning secara menyeluruh.
Sistem pembelajaran di PLN CorpU juga dilakukan secara omni. Pemahaman materi cara online sangat dibutuhkan, namun tidak cukup. Para pembelajar tersebut harus mengikuti praktik secara offline. Beradaptasi dengan kondisi saat ini, PLN CorpU sementara ini menggunakan metode simulasi. “Tidak mudah mengedukasi model belajar seperti itu,” katanya.
Tantangan lain dalam pembelajaran online ini adalah paket data dan kualitas koneksi peserta. Termasuk juga permasalahan konten pembelajaran. Tidak semua konten tentang kelistrikan bisa didapatkan di Indonesia. Sebab itu, PLN CorpU harus mengambil materi atau berkolaborasi dengan para ahli dari luar negeri untuk menyediakan materi tersebut.
Selain itu, perumusan materi dan desain pembelajaran harus tepat sasaran untuk setiap jabatan. Pertimbangannya adalah regenerasi yang pasti akan datang. Kesiapan sejak dini bisa mempermudah sistem pembelajaran ke depannya bagi karyawan.
Untuk podcast, PLN CorpU menyiapkan dua format, yaitu tanya jawab dan penjelasan. Ini menjadi opsi pembelajaran agar karyawan tidak merasa jenuh selama mengikuti proses belajar.
Meski sudah berjalan selama beberapa bulan, efektivitas pembelajaran secara omni ini terus dievaluasi dan dikembangkan. PLN CorpU melakukan survei internal di kelas pembelajaran. Hingga kini, keluhan yang masih sering ditemukan adalah kualitas jaringan.
Namun, terlepas dari berbagai kendala yang ada, PLN CorpU saat ini bisa menjangkau sekitar 46 ribu karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia. Badrul mengatakan, masih banyak aspek yang bisa ditingkatkan ke depannya. “Sebab itu, PLN CorpU akan terus berusaha melengkapi dan menyempurnakan materi, metode, hingga proses pembelajaran. Sehingga integrasi antara online dan offline ini bisa membantu meningkatkan kinerja perusahaan secara menyeluruh,” tegasnya.