PLN Sulap 3,4 Juta Ton Limbah Batu Bara Jadi Bahan Bangunan
PT PLN (Persero) sepanjang tahun 2024 mengolah 3,4 juta ton limbah pembakaran batu bara menjadi bahan bangunan untuk infrastruktur. Limbah fly ash dan bottom ash (FABA) dikumpulkan dari 47 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Indonesia.
Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN menjelaskan pemanfaatan limbah ini tidak hanya berguna untuk menjaga kelestarian lingkungan. Namun, katalis penggerak roda perekonomian masyarakat, sejalan dengan prinsip Environment, Social, and Governance (ESG).
BACA JUGA: PLN Produksi Listrik Hijau 1,67 Juta MWh, Serap 1,87 juta ton Emisi
“FABA dapat dimanfaatkan kembali menjadi berbagai macam produk yang memiliki nilai ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar PLTU,” ujar Darmawan melalui keterangan resmi, Kamis (6/2/2025).
Secara terperinci, enam sektor utama pemanfaatan FABA sepanjang 2024 meliputi lapisan pengeras jalan sebesar 1,73 juta ton (50,84%), substitusi semen sebesar 1,24 juta ton (36,24%), bahan baku beton sebesar 227,5 ribu ton (8,13%).
BACA JUGA: Naik 117%, Layanan Listrik Hijau PLN Telah Digunakan 7.354 Pelanggan
Kemudian beton pracetak seperti paving, batako, kansteen, U ditch, dan tetrapod sebesar 92,4 ribu ton (2,71%), material Non Acid Forming 49,6 ribu ton (1,46%) dan pembenah tanah sebesar 8 ribu ton (0,24%).
“Dengan berbagai inovasi dan regulasi yang mendukung, PLN Group optimistis pemanfaatan FABA akan terus meningkat, memberikan manfaat ekonomi sekaligus mendukung upaya keberlanjutan lingkungan,” kata Darmawan.
Saat ini, FABA juga telah dimanfaatkan lebih dari 200 usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) dan kelompok masyarakat untuk berbagai produk, menciptakan lapangan pekerjaan baru dan mendukung perbaikan infrastruktur desa. Salah satunya adalah pembangunan fasilitas umum yang menggunakan material FABA di Desa Tanah Merah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Kepala Desa Tanah Merah Lazarus Dillak mengapresiasi PLN yang telah berkontribusi meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Tanah Merah melalui pemanfaatan FABA. Menurutnya, sarana umum yang dibangun dari material FABA ini berdampak kepada peningkatan ekonomi masyarakat setempat.
“PLN memberikan bantuan sarana fasilitas umum berupa jalan setapak, tandon air, tempat cuci tangan dan panggung yang terbuat dari FABA. Harapannya ini dapat menjadi katalisator bagi peningkatan produktivitas dan membuka peluang ekonomi yang lebih luas,” ucapnya.
Pemanfaatan FABA juga diterapkan untuk proyek jalan tol di Ibu Kota Nusantara (IKN). Limbah ini digunakan sebagai bahan campuran pelindung tumbukan kapal (fender) di Jembatan Bentang Panjang Pulau Balang, dan proyek duplikasi Jembatan Bentang Pendek Pulau Balang.
Selain itu, FABA juga banyak digunakan di sektor pertambangan untuk mensubtitusi material Non-Acid Forming atau mencegah pembentukan air asam tambang. Hal ini diperkuat dengan telah ditetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 9264:2024 tentang FABA sebagai bahan pelapis material Potentially Acid Forming pada 2 September 2024.
Pemanfaatan FABA untuk mencegah pembentukan air asam tambang telah dilakukan PT Guguk Tinggi Coal (GTC) di Sawahlunto, Sumatera Barat dari PLTU Ombilin. Ke depan FABA PLTU Bukit Asam juga akan dimanfaatkan oleh tambang PT Bukit Asam.
Penggunaan FABA di sektor infrastruktur juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Pemanfaatannya dalam pembuatan semen Portland Composite Cement (PCC) dan campuran beton telah berkontribusi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 325.021 ton karbon dioksida equivalent (CO2e).
Beberapa perusahaan besar yang telah memanfaatkan FABA PLTU milik PLN untuk bahan baku semen di antaranya Semen Indonesia, Semen Bosowa, Semen Grobogan dan Semen Padang.
Editor: Ranto Rajagukguk