Miliader ternama Elon Musk dikabarkan akan mengambil alih Twitter dengan membeli seluruh saham mereka dengan harga US$ 43 Miliar atau senilai Rp 618 Triliun. Penawaran ini dilakukan oleh Musk karena adanya visi untuk mengubah kebijakan Twitter agar tetap menjadi platform demokratis yang mendorong kebebasan berbicara. Untuk menggagalkan upaya Musk, dewan direksi Twitter melakukan strategi ‘Poison Pill’ dengan mengeluarkan rencana hak pemegang saham.
Melansir artikel Quartz, istilah Poison Pill mengacu pada rencana hak pemegang saham jangka terbatas untuk mencegah pengambil alihan saham oleh pengakuisi. Cara kerja Poison Pill bergantung pada ketentuan yang ditetapkan perusahaan. Yang pasti, inti dari strategi defensif ini adalah menipiskan nilai saham yang diambil alih oleh pengakuisisi.
Pada kasus Twitter dan Elon Musk, Poison Pill yang disepakati oleh dewan Twitter adalah setiap pembelian 15% saham tanpa persetujuan dewan, pemegang saham lain akan mendapat kesempatan untuk membeli saham dengan diskon besar.
Twitter merinci rencananya dalam formulir 8K yang mereka ajukan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS, pemegang saham dapat membeli seperseribu saham preferen Twitter untuk setiap lembar saham normal yang dimiliki dengan harga US$ 210. Setiap lembar saham preferen yang dibeli akan bernilai dua kali lipat dari harga awal, yakni US$ 420. Rencana ini akan menekan kemungkinan Elon Musk memperoleh kendali atas Twitter.
“Rencana ini akan mengurangi kemungkinan bahwa entitas, orang, atau kelompok mana pun memperoleh kendali atas Twitter melalui akumulasi pasar terbuka tanpa membayar semua pemegang saham premi kontrol yang sesuai. Ataupun, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada Dewan untuk membuat penilaian yang tepat dan mengambil tindakan yang terbaik kepentingan pemegang saham,” kata Twitter dalam pernyataanya yang dikutip dari Reuters.
Namun tampaknya, Poison Pill yang digunakan tidak menurunkan niat Musk untuk mengakuisisi Twitter. Bahkan, Musk malah memberikan ancaman akan mengurangi gaji dewan jika tawarannya berhasil.
“Jika dewan Twitter saat ini mengambil tindakan yang bertentangan dengan kepentingan pemegang saham, mereka akan melanggar kewajiban fidusia mereka,” ujar Elon Musk dalam cuitan di akun Twitter pribadinya.
Pada 4 April 2022, Elon Musk dinyatakan sebagai pemegang saham terbesar setelah mengakuisisi sekitar 9,2% saham Twitter. Untuk mencegah Musk memiliki 15% saham, Dewan Twitter berupaya melakukan negoisasi dengan menawarkan kursi dewan untuk Musk.
Namun Musk menolak tawaran tersebut dan memperbarui tawarannya untuk membeli 100% saham Twitter. Dewan Twitter menganggap tawaran tersebut sangat tiba-tiba dan mengkhawatirkan karena tidak diketahui secara rinci apa tujuan Musk melakukan pengambil alihan tersebut.
Strategi defensif Poison Pill ini dilakukan selain untuk mencegah Musk mengakuisisi Twitter, juga untuk mengulur waktu agar dapat melakukan tinjauan hati-hati dan menyeluruh pada penawaran Musk. Poison Pill ini dianggap sebagai langkah terbaik bagi perusahaan dan semua pemegang saham Twitter.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz