Tren investasi P2P lending masih sangat diminati dan berpeluang besar untuk terus tumbuh. Di Indonesia, masih ada sekitar 30 juta UKM yang belum terlayani akses keuangan dan permodalan. Inilah yang menjadi peluang bagi P2P lending startup untuk terus menjangkau jutaan pelaku usaha mikro lainnya lewat akses permodalan.
“Pada sisi pendana, peluang tumbuhnya juga besar. P2P lending merupakan alternatif untuk berinvestasi. Orang cenderung melakukan diversifikasi saat berinvestasi dan salah satunya lewat P2P lending. Di sisi lain, dukungan OJK juga sangat besar dengan senantiasa memberikan edukasi literasi dan inklusi keuangan bagi masyarakat. OJK juga mempublikasikan fintech yang aman dan terpercaya, sehingga orang semakin yakin untuk mendanai di P2P lending,” kata Hadi Wenas, Chief Commercial Officer Amartha.
Optimisme Hadi ini sejalan dengan temuan riset dari Katadata Insight Center. Pada survei bertajuk Survei Perilaku Investasi 2021, menyebutkan bahwa responden yang berinvestasi pada P2P Lending selalu mengalokasikan dana untuk investasi tiap bulan. Bahkan, persentasi investor P2P Lending yang mengalokasikan dana tiap bulan paling tinggi dibanding investor di instrumen investasi lain. Survei ini melibatkan 1.939 pemilik investasi dengan usia di atas 15 tahun.
Hadi juga menegaskan, potensi Gen Z untuk menjadi pendana di P2P lending masih sangat besar. Terutama, melihat dari data kependudukan saja, Gen Z merupakan salah satu kelompok yang mendominasi di Indonesia. Dengan teknologi yang mendukung di bidang fintech, Amartha sendiri optimistis dapat menggarap segmen di kalangan GenZ.
Jumlah lender retail di Amartha menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Hingga saat ini, sudah lebih dari 100.000 lender retail teregister di platform Amartha. Lebih dari 60% merupakan generasi muda, termasuk mereka yang baru memasuki usia 20 tahun. “Kami optimistis bisa menggaet lebih banyak lagi lender retail di Amartha,” tegasnya.
Menurut Reynold Wijaya, Co-Founder & CEO Modalku, fintech sudah menjadi sektor yang turut berperan dalam proses pemulihan ekonomi dan menjadi primadona di Indonesia. Ditambah lagi, kolaborasi dan inovasi juga terus bermunculan, baik dengan pihak perbankan maupun platform digital lainnya. Sehingga berpengaruh terhadap perluasan akses pendanaan masyarakat dan memungkinkan usaha kecil yang belum terlayani dapat terjangkau dan memiliki potensi untuk berkembang.
“Layanan fintech atau pendanaan digital juga telah diterima dengan baik oleh masyarakat. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab tren pembiayaan terus naik,” kata Reynold.
Rachel Sugeha, Senior Vice President of Wealth KoinWorks mengatakan, sejalan dengan regulasi yang semakin memperketat perizinan pemain P2P lending, kualitas penyedia P2P lending juga semakin meningkat. Sehingga, kepercayaan masyarakat pada platform P2P lending masih terjaga dan semakin baik.
“Menurut kami, potensi pasar investor ritel usia muda, khususnya Gen Z, dalam investasi P2P lending pada tahun ini hingga tahun-tahun mendatang masih tinggi. Ditambah, pemulihan ekonomi yang semakin baik akan semakin meyakinkan anak muda untuk berinvestasi secara digital. Berinvestasi melalui mobile application sangat mudah dan ideal bagi Gen Z dan Y,” tegas Rachel.