Potensi Besar, Produk Kelapa dan Turunannya Dipamerkan di Festival Kabupaten Lestari
Pemerintah tengah berupaya meningkatan penjualan kelapa dan produk turunan kelapa, baik di pasar nasional maupun internasional. Upaya ini dilakukan melalui gelaran Festival Kabupaten Lesatari 4 yang bakal diselenggarakan pada tanggal 23 hingga 28 November 2021.
Bupati Kabupaten Gorontalo Nelson Pomalingo mengatakan, peningkatan penjualan komditas kelapa harus terus ditingkatkan lantaran potensinya yang begitu besar. Berdasarkan catatannya, kebun kelapa produktif yang ada di seluruh Indonesia seluas 3,7 juta hektare (ha). Kendati demikian, popularitasnya saat ini tergerus dengan komoditas kelapa sawit.
“Indonesia memiliki lahan 3,7 juta ha kelapa dan yang terbesar di dunia. Tapi, hari ini sepertinya kita lupa dan cenderung ke kelapa sawit. Padahal, komoditas lokal ini yang berkembang sejak dulu, bahkan sejak kita dijajah,” kata Nelson dalam konferensi pers virtual, Selasa (23/11/2021).
Menurutnya, selain memamerkan produk-produk kelapa dan turunnya, usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) tak luput dari perhatian. Melalui ajang itu, usaha kerakyatan akan unjuk gigi memamerkan hasil karyanya. Di antaranya, seperti kuliner lokal, kerajinan tangan dan kesenian.
Nelson berharap, melalui kegiatan itu dapat menjadi media UKM untuk promosi dan meningkatkan penjualan, sehingga dapat naik kelas. “Kami akan terus mendorong UKM agar bisa berkontribusi lebih banyak. Contohnya, hasil UKM seperti gula aren yang akan terus kami dorong di tingkat Kabupaten Gorontalo agar bisa menembus pasar nasional maupun internasional,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Kabupaten Bone Bolango Hamim Pou lebih menonjolkan potensi pariwisata yang dimiliki. Luasnya pantai yang ada di wilayah tersebut menjadi berkah tersendiri dalam menggeliatkan perekonomian. Apalagi, industri pariwisata di sana mampu menggeliatkan roda perekonomian UKM.
Selain pantai yang indah, Kabupaten Bone Bolango juga akan menampilkan kesenian daerah sebagai daya tarik wisatawan. Dengan pengelolaan wisata yang mengusung konsep ekonomi sirkular atau ekonomi berkelanjutan, Hamim optimistis akan mampu menarik jumlah kunjungan wisatawan di masa depan.
“Kami lebih kaya, lebih original dan lebih terjaga dengan baik karena kami belajar dari tempat-tempat lain, makanya dijaga betul taman lautnya. Kami juga punya wisata hiu paus yang keberadaannya 40 meter dari pantai, jadi, tidak perlu berlayar tiga atau empat jam. Di Bone Bolango, cukup berenang 40 meter sudah bisa bercengkerama dengan hiu paus. Itu juga dengan pengelolaan ekonomi sirkular. Ada simbiosis mutualisme yang baik,” tandasnya.
Editor: Eko Adiwaluyo