Bisnis salon belakangan ini memiliki tantangan yang semakin marak. “Bila dulu orang-orang melakukan perawatan rambut di salon, tapi sekarang sudah bisa mereka lakukan sendiri karena produknya dijual bebas. Kalau mau meluruskan rambut, biasanya di salon. Tapi sekarang pasarnya sudah dicomot oleh retail, di mana orang-orang tinggal beli alatnya di supermarket,” ujar Satria Bakti, Business Unit Manager Matrix Indonesia.
Masih banyak lagi tantangan bisnis salon yang Satria sebutkan dalam acara peluncuran produk baru Matrix, SOCOLOR, MEIS, Ancol, Jakarta Utara (14/3). Meski demikian, pasar produk rambut masih memberikan peluang besar bagi Matrix. “Pemain produk rambut untuk pasar salon masih sedikit, dan brand kami masuk top five dengan penjualan sudah dobel digit,” kata Satria yang enggan menyebutkan angka pasti untuk rata-rata penjualan produk Matrix.
Pasar produk rambut di Indonesia terdiri dari 51% produk perawatan rambut, produk tekstur 26%, produk pewarnaan 16%, produk styling 6%, dan sisanya adalah produk rambut lainnya dengan total potensial pasar senilai 700 miliar rupiah.
Matrix hanya mendistribusikan produknya melalui salon yang disertakan dengan servis pewarnaan rambut. Untuk produk terbarunya, SOCOLOR, Matrix menargetkan penjualan hingga mencapai 30 ribu salon kelas menengah. “Untuk start service price SOCOLOR, kami menganjurkan pada kisaran seratus dua puluh ribu rupiah,” ucap Benny Tjahjadi, Marketing Manager Matrix Indonesia.