Potensinya Besar, Luhut Sebut Kendala Pengembangan Ekonomi Maritim
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengeluhkan rendahnya literasi maritim yang dimiliki masyarakat Indonesia. Luhut melihat, hal ini menyebabkan ekonomi maritim masih belum dioptimalkan.
Luhut mengatakan, pada masa lalu Indonesia menjadi salah satu negara besar karena dapat mengembangkan potensi laut yang ada. Untuk mengembalikan masa kejayaan tersebut, saat ini membutuhkan literasi yang kuat.
“Kita tahu rendahnya literasi maritim merupakan penghambat utama laju pembangunan kemaritiman yang dilaksanakan. Sebab itu, kita harus mendukung gerakan literasi maritim nasional untuk membangkitkan kembali kesadaran kolektif kita akan pentingnya pembangunan kemaritiman dan jati diri sebagai bangsa bahari,” kata Luhut dalam acara peringatan Bulan Literasi Maritim secara virtual di Jakarta, Selasa (27/9/2022).
Menurutnya, pemerintah tengah fokus dalam mengembangkan ekonomi maritim. Upaya yang dilakukan dengan mengadopsi konsep ocean account yang berkembang di dunia.
Luhut menargetkan dalam waktu dekat dapat mengetahui besaran produk domestik bruto (PDB) yang dihasilkan melalui sektor kelautan. Sehingga perkembangan ekonomi kelautan perlu dipantau setiap tahunnya.
“Kajian sementara, ekonomi maritim yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Kemenko Marves estimasi nilai PDB kemaritiman Indonesia pada tahun 2020 sebesar Rp 1.212 triliun atau 11,31% dari PDB nasional yang mencapai Rp 10.722 triliun. Nilai ini turun sekitar Rp 19 triliun dari 2019 yang mencapai Rp 1.231 triliun,” ujarnya.
Luhut menduga penurunan PDB sektor kemaritiman terjadi lantaran merebaknya pandemi COVID-19. Namun, kabar baiknya adalah kontribusi terhadap PDB meningkat 11,25% dibandingkan tahun 2019 menjadi 11,3% pada tahun 2020.
“Ini menjadi indikasi kemaritiman yang cukup kuat menghadapi krisis global seperti COVID-19 yang kita hadapi kemarin,” pungkasnya.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz