PRAISE Dukung Penerapan Sirkular Ekonomi di Industri Barang Konsumen

marketeers article

Kemasan paska konsumsi memiliki peran penting dalam sirkular ekonomi. Berdasarkan data yang dirilis di dalam CEO Guide to the Circular Economy, potensi ekonomi sirkular dunia saat ini mencapai US$ 4,5 triliun. Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia juga menjadi bagian dari potensi tersebut. Sayangnya, dari jumlah 64 juta sampah per tahun di Indonesia, masih sedikit sekali materi yang dimanfaatkan untuk masuk di dalam mata rantai pasok produk.

PRAISE (Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment atau Asosiasi Untuk Kemasan & Daur Ulang Bagi Indonesia yang Berkelanjutan) tedorong dan hadir dengan visi untuk menciptakan dan menggerakkan ekosistem yang berkelanjutan. PRAISE di dalam programnya, mengubah kemasan paska konsumsi menjadi sumber daya bernilai tinggi yang memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan bagi Indonesia.

“Transisi dari ekonomi linier menuju ekonomi sirkular membawa tantangan sekaligus kesempatan bagi Extended Stakeholder Responsibility (ESR), yakni pelaku industri, pemerintah dan masyarakat. PRAISE percaya bahwa kemasan paska konsumsi memiliki peran besar dalam rantai ekonomi sirkular,” kata Sinta Kaniawati, Ketua Umum PRAISE.

Di Indonesia, tantangan pengelolaan kemasan paska konsumsi dimulai dari pengumpulan serta pemilahan/segregrasi  di rumah tangga. Berdasarkan indeks Perilaku Ketidakpedulian Lingkungan Hidup yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) 2018 menyebut, 72% orang Indonesia tidak peduli akan sampah.

Sementara pertumbuhan infrastruktur dan industri daur ulang tidak sepadan dengan pertumbuhan konsumsi dan pembangunan ekonomi.  Sehingga diperlukan kerjasama dari semua pihak dalam ESR untuk berkolaborasi dalam pengolahan kemasan paska konsumsi.

“Penanganan kemasan paska konsumsi yang strategis dan sistemis tidak hanya akan mencegah degradasi lingkungan, namun juga membuka peluang investasi dan lapangan pekerjaan. Sementara dari sektor industri, ekonomi sirkular dapat membantu bisnis berjalan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab,” tambah Sinta.

Salah satu model penanganan kemasan paska konsumsi yang diusulkan oleh PRAISE dalam diskusi paralel di Indonesia Circular Economy Forum 2019 adalah PRO (Packaging Recovery Organization). Model PRO akan memungkinkan industri (consumer goods) bersama sektor lainnya untuk bergabung dalam koalisi. Upaya ini akan membangun kerjasama berkelanjutan dengan industri daur ulang yang melibatkan sektor informal, difasilitasi dan dibimbing oleh pemerintah. Tujuannya, agar dapat terbentuk ekonomi sirkular dalam pengelolaan kemasan paska konsumsi.

Konsep PRO sendiri telah berhasil dilakukan di beberapa negara, antara lain Eropa, Meksiko, dan Afrika Selatan. Negara-negara ini mampu menghubungkan rantai value chain dalam ekonomi sirkular dengan efektif. Praktiknya, industri manufaktur akan memikirkan design kemasan dan proses produksi yang lebih ramah lingkungan.

Perusahaan juga bisa mempermudah untuk menghitung perkiraan jumlah kemasan paska konsumsi yang dilepas oleh perusahaan consumer goods ke pasar. Selain itu, konsumen juga bisa berperan untuk mengembalikan kemasan paska konsumsi di tempat-tempat pemungutan sampah yang telah tersedia.

Inisiatif akan konsep PRO oleh PRAISE merupakan gabungan enam perusahaan yaitu Coca-Cola Indonesia, Danone Indonesia, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Nestle Indonesia, Tetra Pak, dan PT Unilever Indonesia Tbk. Kolaborasi ini memperlihatkan bahwa sektor industri memiliki komitmen yang sama dengan pemerintah dalam penanganan dan pengurangan sampah di Indonesia melalui ekonomi sirkular.

Editor: Sigit Kurniawan

Related