Membesarkan anak tentu memiliki tantangan tersendiri bagi orang tua dari setiap zaman. Khusus di era digital seperti sekarang, Praktisi Anak Bendri Jaisyurrahman mengungkapkan disconnected adalah masalah utama.
Hal tersebut disampaikannya dalam kanal YouTube Nikita Willy. Melalui konten berjudul Tidak Ada Ayah yang Baik, Bendri mendefinisikan disconnection sebagai kondisi saat tidak adanya kelekatan antara anak dengan orang tua.
Ia membahas secara khusus bagaimana seorang ayah memainkan perannya dalam parenting. Praktisi konselor remaja itu menyebutkan beberapa waktu belakangan ini banyak anak merasa kehilangan sosok ayah, sehingga perkembangan sosialnya terdampak.
BACA JUGA: Marak Mom Shaming di Indonesia, Ini Cara Mengatasinya
Adanya batas yang menghilangkan keterhubungan ayah dan anak itu bisa menimbulkan kondisi si buah hati enggan untuk bersikap terbuka dengan orang tuanya. Anak jadi tidak ingin perasaannya diketahui orang tuanya.
“Khususnya tentang (kelekatan) ayah dan anak. Absennya hal ini menyebabkan anak-anak sulit bercerita tentang apa yang dia pikirkan, apa yang dia rasakan padahal dirinya menerima banyak informasi dari internet,” katanya.
“That’s My Privacy” Jadi Pedang Bermata Dua
Bukan cuma ayah, Bendri menjelaskan ibu juga membangun disconnected. Mereka bisa saja tanpa sengaja membuat semacam batas khusus tentang bagaimana berinteraksi dengan anak.
BACA JUGA: Sulli Akui Hidupnya ‘Disetir’ sang Ibu, Pertanda Helicopter Parenting?
Misalnya saja, dengan menanamkan tentang privasi. Ini memang penting untuk diajarkan, tetapi tidak pada usia dini yang mana anak-anak masih membutuhkan pengawasan dari orang tua terkait aktivitasnya di dunia maya.
Bendri menilai batasan yang dilandaskan privasi untuk anak usia dini justru membuatnya rentan kejahatan siber. Ini bisa menjadi celah predator untuk melakukan child grooming, love bombing, hingga penipuan.
“Privasi bagi anak zaman sekarang akan membunuhnya. Kenapa? Karena itu celahnya predator untuk melakukan pelecehan lewat love bombing, grooming, scamming,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk