Moda transportasi Bus sedang menghadapi dilema. Tak sekadar kehadiran moda transportasi online yang menjadi perhatian berbagai pihak terkait, sederet masalah lain pun menjadi topik utama. Dalam diskusi bertema Bringing Back Golden Age of Bus di MarkPlus Inc., sederet pemerhati memaparkan aneka masalah yang harus dibenahi pada sektor ini.
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan, transportasi online hanya menjadi satu deretan Pekerjaan Rumah (PR) bagi para pemain sektor transportasi bis. “Marginalisasi angkutan umum, aspek safety yang minim, dominasi kendaraan pribadi, dan belanja transportasi yang tinggi adalah masalah yang harus dibenahi semua pihak terkait,” jelas Tulus di Jakarta, Senin (30/10/2017).
Persoalan marginalisasi angkutan umum, menurut Tulus, menjadi kendala yang masih melekat di sektor bisnis bis. Pengelolaan angkutan umum yang tidak efisien karena banyak yang masih dikelola secara individu, rasa peduli yang rendah dari Pemerintah Daerah (Pemda), dan minat masyarakat yang rendah pada transportasi menjadi persoalan marginalisasi ini.
Tulus menambahkan, angka safety yang minim pada angkutan darat menuai keraguan bagi para pengguna transportasi umum di Indonesia. Tulus menerangkan, ada lebih dari 30 ribu korban meninggal per tahun akibat kecelakaan lalu lintas.
“Jika masih ada supir yang ugal-ugalan dan tidak mematuhi lalu lintas, bagaimana masyarakat bisa memilih bis sebagai moda transportasi utama mereka. Tidak hanya itu, dominasi kendaraan pribadi akibat mekanisme pembayaran yang mudah, alokasi belanja transportasi mencapai 20%-30%, dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang masih mengandalkan kendaraan bermotor pun jadi kendala lain,” papar Tulus.
Di satu sisi, gejala baru berupa transportasi online yang memberikan kemudahan akses, kualitas, dan afordabilitas menjadi tantangan baru bagi para pemain sektor bis.
“Pada akhirnya, harus ada peraturan yang jelas terkait transportasi online dan konvensional. Standar perlindungan bagi konsumen diperlukan karena dari penelitian yang kami lakukan, 63% responden setuju transportasi online perlu dibenahi terutama dari segi pelayanan. Sementara dari segi tarif, standar batas tarif atas dan bawah diperlukan untuk menghindari eksploitasi pada driver,” terang Tulus.
Tiga Solusi Utama
Ada tiga solusi utama penyelesaian masalah transportasi umum menurut analisis Pengurus Pusat Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Muslich Zainal. Pertama, harus ada penurunan biaya transportasi.
“Tarif transportasi umum di Indonesia masih terbilang tinggi. Untuk itu, diperlukan penekanan biaya transportasi umum, dan ini masih mungkin untuk dilakukan,” tutur Muslich.
Kedua, tingkat partisipasi masyarakat dijelaskan Muslich harus terus didorong. Bentuk pemberian subsidi dikatakan Muslich harus dilakukan untuk transportasi umum, namun tidak berbentuk langsung. Pemberian subsudi ini dapat dilakukan melainkan dalam bentuk fasilitas. Ia mencontohkan, transportasi umum tidak perlu membayar biaya tiket masuk tol atau biaya gratis parkir bagi para petugas atau pengemudi transportasi umum.
Solusi ketiga diungkapkan Muslich terletak pada kepentingan untuk mempercepat mobilitas. “Transportasi umum harus menjadi lebih efisien untuk dapat memperoleh dukungan masyarakat. Di sini tidak boleh ada monopoli, harus dibuka kesempatan bagi semua pihak,” jelas Muslich.
Selain itu, Muslich mengingatkan para pemberi layanan untuk berkompetisi secara sehat.