Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan industri kelapa sawit beserta produk turunannya bisa menciptakan nilai ekonomi sebesar Rp 775 triliun per tahun. Hasil ini merupakan buah dari kebijakan hilirisasi industri di sektor perkebunan.
Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian menjelaskan sawit merupakan salah satu dari kebijakan pengembangan sepuluh industri prioritas, di antaranya bagi industri agro. Industri ini menjadi kontributor terbesar pembangunan ekonomi di level 6%-8% dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.
BACA JUGA: Potensi Sawit Capai Rp 750 Triliun, Kemenperin Siapkan Roadmap Berkelanjutan
Berdasarkan data nilai produk domestik bruto (PDB) nasional kuartal II tahun 2024 yang tercatat mencapai Rp 5,536 triliun, diperkirakan kontribusi sektor industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya mencapai 3,5%.
“Artinya, nilai ekonomi sektor sawit pada kuartal II 2024 mencapai Rp 193 triliun. Pada akhir tahun 2024 nanti, magnitude ekonomi basis kelapa sawit diperkirakan mencapai Rp 775 Triliun per tahun,” kata Agus melalui keterangan resmi, Jumat (11/10/2024).
BACA JUGA: Remajakan Kebun Sawit, RI Gelontorkan US$ 386 Juta
Menurutnya, hilirisasi industri sawit merupakan langkah dalam mengurangi ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap fluktuasi harga minyak kelapa sawit. Dengan demikian, fluktuasi harga komoditas ini memang berpengaruh, tapi tidak terlalu signifikan.
Pada komoditas kelapa sawit, perkembangan jumlah atau jenis produk turunan yang dapat dihasilkan oleh industri dalam negeri meningkat dari 48 jenis pada tahun 2011, menjadi sekitar 200 jenis pada tahun 2024.
“Hal ini tentunya meningkatkan kompleksitas produk nasional secara signifikan. Di samping itu, Indonesia juga tercatat sebagai negara pertama yang mengimplementasikan B30 di dunia, dan akan terus kita tingkatkan menjadi B40, bahkan kita harapkan dapat mencapai B100 di masa yang akan datang,” katanya.
Agus mengeklaim hilirisasi yang dijalankan sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berhasil melepas ketergantungan ekonomi indonesia dari gejolak harga komoditas dunia. Buktinya, nilai ekspor kelapa sawit dan turunannya pada 2023 mencapai US$ 28,45 Miliar atau meliputi 11,6% dari total ekspor nonmigas.
Adapun rasio ekspor bahan baku (crude palm oil dan crude palm kernel oil/CPO dan CPKO) dgn produk olahan (processed palm oil) 10,25%:89,75%. Industri ini juga menyerap 16,2 juta tenaga kerja langsung serta tidak langsung.
“Hal ini menunjukkan betapa pentingnya hilirisasi kelapa sawit yang bisa menjawab tantangan untuk keluar dari middle income trap,” kata Agus.
Editor: Ranto Rajagukguk