Prohibition, Menyantap Makanan Bagaikan Gangster

marketeers article

Fakta menarik dari peristiwa “Prohibition” di Amerika Serikat ditransformasikan dalam sebuah bar berkedok restoran yang menyimpan banyak rahasia.

Larangan minuman beralkohol bukan hanya terjadi di Indonesia saja. Awal Tahun 1920, Pemerintah Amerika Serikat juga pernah memberlakukan amandemen 18 yang dikenal sebagai The Noble Experiment, yang secara tegas melarang pembuatan, pengangkutan dan penjualan alkohol.

Akan tetapi, larangan penjualan minol ini dimanfaatkan oleh sindikat-sindikat kriminal. Salah satunya adalah gembong mafia di Chicago, Al Capone. Mereka meraup untung jutaan dolar dengan menyelundupkan dan menjual minuman keras, yang sudah dinyatakan terlarang.

Sejarah masa lalu Paman Sam mengenai The Noble Experiment tersebut menjadi filosofi dari kehadiran Prohibition Chophouse & Speakeasy Bar, sebuah restaurant & bar bergaya Amerika yang berlokasi di Gedung Arcadia, Senayan, Jakarta Pusat.

Filosofi tersebut mengejewantah dalam konsep hidden secret yang dikemas tidak hanya dalam interior, melainkan juga servisnya. Saat kaki Anda mendarat pertama kali di sini, Anda berpikir ini hanyalah sebuah restoran. Namun setelah Anda menyadarinya, nyatanya tidak.

Prohibition mencoba untuk menghidupkan kembali era tahun 1920-an melalui permainan warna, desain dan berbagai aksesoris yang benar-benar dibuat temaram ala Art Deco. Ini sengaja dilakukan sebab pada masa itu, semua orang di Amerika Serikat mengonsumsi alkohol secara sembunyi-sembunyi.

Kami pun terkesan pada display bar yang dapat berputar mekanis yang sewaktu-waktu menunjukkan rentetan botol liquor dengan merek-merek internasional. Kadang pula, ia tampil sebagai sebuah lemari kayu bertuliskan nama tempat ini “P-R-O-H-I-B-I-T-I-O-N”.

“Idenya adalah di AS pada tahun 1920an, bar itu berada di bawah bengkel. Jadi, alih-alih ia bengkel, ternyata itu bar. Tujuannya, agar tidak terlihat aparat hukum,” kata Eva Indriyani, PR Prohibition.

Jauh dari kesan restoran nan fancy, di balik tempat ini tersembunyi sebuah bar yang eksklusif. Ada sebuah pintu rahasia yang ketika dibuka ternyata bersembunyi sebuah urinal (toilet).

Di balik urinal itu terletak sebuah finger print yang memberikan akses kepada Anda untuk masuk ke bar yang cukup besar, yang menampung hingga 100 orang. Bar ini dilengkapi dengan panggung full band serta dua kamar VIP lengkap dengan peralatan karaoke.

“Tamu umum yang ingin masuk harus dipandu oleh security atau guest relation officer. Sedangkan, tamu yang sudah menjadi member bisa masuk kapan saja karena dapat mengakses finger print,” ucap dia.

Eva mengatakan, untuk menjadi member Prohibition, seseorang mesti merogoh kocek Rp 50 juta untuk masa berlaku hingga setahun. Fasilitas yang diberikan yaitu selain akses langsung menuju bar, juga mereka mendapatkan beberapa botol liquor yang dapat disimpan di loker khusus yang telah disediakan.

Suasana intim lebih terasa pada Selasa Malam yang mana Prohibition menggelar Gentlemen’s Club yang diperuntukkan khusus bagi tamu laki-laki. Terus terang, pada malam itu, tak seorang tamu perempuan pun yang bisa masuk.

And, how about the menu? Secara kuantitas, menu-menu yang disajikan terbilang berporsi besar, sehingga bisa dinikmati untuk dua hingga empat orang. Menu signature-nya adalah Gangster Platter (Rp 939.000). Menu ini terdiri dari empat pilihan daging, yaitu tenderloin, striploin, prime rib eye, spring chicken atau lamb cutlet. Sebagai penambah rasa, ada empat saus sebagai pilihan, yaitu bordelaise, mushroom, black pepper, dan hollandaise. 

Rasa dagingnya benar-benar empuk. Apalagi, sebagai side dish-nya, terdapat bawang putih ukuran jumbo yang dibakar matang, sehingga menghasilkan aroma yang harum, tekstur sedikit crunchy, namun saat disantap, tak membuat bau mulut Anda menyengat.

Prohibition Chophouse & Speakeasy Bar

  • Plaza Senayan Arcadia Lantai 2 Unit X No. 215-217, Jl. New Delhi No. 9, Pintu 1 Senayan, Jakarta Pusat,
  • T: (+62 21) 57901295
  • Jam Operasional: 11.30-15.00 & 17.00-03.00
  • Harga: Rp 500.000 untuk dua orang

Related