Pusat Kompetensi SDM Industri Pengolahan Kakao di Batang Pacu Hilirisasi
Pengembangan hilirisasi di sektor industri tengah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku di dalam negeri. Salah satu sektor prioritas yang sedang dipacu adalah industri pengolahan kakao.
“Guna mencapai sasaran tersebut, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten di bidang perkakaoan,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada peresmian Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu (PPKIPKT) di Batang, Jawa Tengah, Senin (11/02/2019).
PPKIPKT merupakan pabrik pengolahan kakao pertama di Indonesia yang terintegrasi dengan kebun kakao dan sekaligus menjadi pusat pengembangan SDM di bidang kakao. Fasilitas ini mulai dibangun sejak tahun 2017 melalui kerja samaantara Kementerian Perindustrian dengan Pemerintah Kabupaten Batang dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
“Ini menjadi sarana dan prasarana yang kita harapkan dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat baik melalui penciptaan wirausaha baru maupun menyediakan SDM yang siap bekerja di bidang industri pengolahan kakao,” paparnya.
Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, Kemenperin menetapkan industri makanan dan minuman menjadi salah satu sektor unggulan dalam penerapan digitalisasi. “Sektor makanan dan minuman itu termasuk di dalamnya adalah industri pengolahan kakao atau cokelat,” terangnya.
Menperin optimistis, produk kakao olahan dari dalam negeri dapat diminati pasar global. Apalagi seiring perkembangan zaman, cokelat sudah menjadi kebutuhan gaya hidup masyarakat. “Di Eropa misalnya, ketika minum kopi, lebih afdol sambil makan cokelat,” ucapnya.
Untuk itu, perlu didorong peningkatan utilitas industri pengolahan kakao. “Kami mengapresiasi di cacao teaching industr yini, mesin-mesin pengolahannya sudah menggunakan 90%komponen dari dalam negeri,” ujarnya.
Berada di Desa Wonokerso, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, PPKIPKT mempunyai area pabrik seluas 9.000 m2 dengan terdiri dari bangunan seluas 2.590m2. Fasilitas ini dilengkapi mesin dan peralatan industri pengolahan kakao berkapasitas 6.000 ton per tahun dengan nilai investasi sebesar Rp89,9 miliar.
Menurut Airlangga, PPKIPKT akan dihibahkan kepada UGM untuk pengembangan SDM, kemudian kegiatan penelitian dan pendidikan bidang kakao bakal dioperasikan oleh PT. Pagilaran sebagai unit usaha milik UGM. “Kami berharap kepada PT. Pagilaran agar lebih aktif menjalin kemitraan dengan petani kakao,” ungkap Airlangga.
Nanti, Kemenperin akan berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian guna menggenjot produksi kakao, baik melalui program ekstensifikasi, intesifikasi maupun rehabilitasi. “Hal ini sejalan upaya bersama untuk mendongkrak utilitas sektor industri pengolahan kakao yang saat ini kapasitas produksinya mencapai 747 ribu ton per tahun,” jelas Airlangga.