Ada banyak desas-desus yang berseliweran di media sosial terkait bahan alternatif yang dapat mengobati diabetes. Teranyar, racun siput laut disebut-sebut bisa menjadi obat penyakit tersebut meski komponennya mematikan. Benarkah demikian?
Sejatinya sudah ada sejumlah penelitian yang mengungkap manfaat dari racun siput laut untuk diabetes. Salah satunya ialah studi terbaru oleh Yeung dkk dalam jurnal Nature Communications (2024), yang mana menyebut Conus geographus sebagai siput yang dimaksud.
Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa racun siput laut kerucut mengandung senyawa mirip somatostatin dan insulin, yang dapat menurunkan kadar gula darah dengan efektif. Mekanisme ini pun membuka peluang pengembangan obat baru untuk diabetes.
BACA JUGA: Mulai Menyebar di Indonesia, Ini 4 Tips Mencegah Penularan Mpox
Kandungan Racun Siput Laut
Hal senada juga diungkapkan para ilmuwan dalam laman Science Daily. Mereka mengatakan racun siput laut jenis Conus geographus ternyata memiliki potensi sebagai bahan dasar untuk pengobatan diabetes.
Para peneliti menemukan bahwa dalam racun siput laut ini, terdapat toksin yang mirip dengan hormon somatostatin manusia, yang dikenal dengan nama konsomatin. Somatostatin berperan dalam mengatur kadar gula darah dan hormon di dalam tubuh manusia.
Menariknya, konsomatin memiliki keunggulan dibandingkan somatostatin karena lebih stabil dan memiliki efek yang lebih spesifik dalam menurunkan kadar gula darah. Konsomatin pun bekerja dengan menargetkan satu protein spesifik dalam sel manusia.
BACA JUGA: Bahaya Makan Kue Pancong Setengah Matang, Benarkah Bikin Keracunan?
Hal tersebut berbeda dengan somatostatin, yang memengaruhi beberapa protein sekaligus. Ini membuka peluang untuk pengembangan obat yang lebih tepat sasaran dengan efek samping yang lebih sedikit.
Selain itu, struktur konsomatin yang unik juga membuatnya lebih tahan lama di dalam tubuh. Hal ini memberikan potensi untuk pengembangan obat yang bisa memberi manfaat jangka panjang bagi penderita diabetes.
Meski konsomatin terlalu berbahaya untuk digunakan langsung sebagai obat, peneliti berharap studi lebih lanjut mengenai strukturnya dapat menjadi dasar untuk merancang obat-obatan baru yang lebih efektif dalam mengendalikan diabetes dan gangguan hormon lainnya.
Editor: Ranto Rajagukguk