Kanal digital seolah menjadi medan pertempuran baru para merek. Mendorong para pemasar berlomba-lomba untuk masuk ke digital dan menerapkan berbagai strategi pemasaran digital.
Sayangnya, tidak semua merek mendapatkan hasil akhir yang menggembirakan. Banyak yang justru membuang uang dengan percuma karena tidak mendapatkan hasil yang sepadan atau bahkan berlipat ganda.
Tak heran, belakangan ini muncul pertanyaan kenapa melakukan pemasaran digital selalu rugi? Menurut Vivek Thomas, Managing Director Aisensum, hal tersebut lantaran banyak pemasar yang belum memiliki pemahaman utuh tentang pemasaran digital, namun sudah memaksakan diri terjun dan mengucurkan dana cukup besar. “Banyak pemasar bertanya-tanya, mengapa sudah mengeluarkan dana besar untuk pemasaran digital, tapi malah rugi alias boncos,” kata Vivek di MarkPlus Conference 2023, (08/12/2022).
Menurutnya, saat ini ada beberapa tantangan dalam pemasaran digital. Pertama, lemah dalam menghitung return of advertising spending (ROAS). “Sekitar 67% kegagalan dalam pemasaran digital dikarenakan oleh tidak adanya penghitungan dalam ROAS atau return of investment (ROI),” kata Vivek.
Kedua, dalam melakukan pemasaran digital pemasar cenderung reaktif bukannya proaktif (39%). Ketiga, sekitar 16% gagal karena tidak punya pengetahuan yang lengkap pada kebijakan di setiap platform media sosial. “Setiap platform memiliki policies yang berbeda-beda. Sehingga tidak semua konten cocok untuk diterapkan di multiplatform,” katanya.
Keempat, kegagalan karena tidak mampu menyesuaikan biaya dan bentuk iklan (10%). Terakhir, karena ada ketidakpastian dalam memonitor peforma dari kampanye pemasaran digital yang digelar (6%).
Bila melihat berbagai faktor kegagalan tersebut, data menjadi faktor krusial ketika berniat menggelar pemasaran digital. “Pemasaran digital bisa sukses, tapi kuncinya jangan nekat, gunakan data yang akurat, dan aplikasikan artificial intellegent (AI) untuk mengolah data,” tegasnya.