Raih Laba Bersih Rp 72,7 Triliun, Pertamina Jadi Perusahaan Terbaik ke-3 di ASEAN
PT Pertamina (Persero) menjadi perusahaan terbaik ke-3 versi Fortune 500 Asia Tenggara (ASEAN) tahun 2024. Hal ini didapatkan setelah perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 72,7 triliun sepanjang tahun lalu.
Sebagai informasi, peringkat tersebut dirilis Fortune untuk yang pertama kalinya bagi perusahaan-perusahaan besar dengan kinerja terbaik di Asia Tenggara. Fadjar Djoko Santoso, Vice President Corporate Communication Pertamina mengatakan di tengah tantangan bisnis dunia, perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan global dari berbagai sektor, antara lain perusahaan minyak dan gas bumi, perbankan, penerbangan dan lainnya.
BACA JUGA: Naik 17%, Laba Bersih Pertamina Rp 72,7 Triliun pada 2023
Capaiannya di posisi tiga terbesar di Asia Tenggara menunjukkan kinerja Pertamina terus bertumbuh seiring dengan kepiawaian strategi bisnisnya, sehingga perusahaan sangat diperhitungkan di kancah global dan regional.
“Pertamina telah mencatat kinerja positif di berbagai lini bisnis sejalan dengan strategi dan program inovasi yang dijalankan, terlebih dalam menghadapi tantangan bisnis yang penuh dinamika saat ini,” kata Fadjar melalui keterangan resmi, Rabu (19/6/2024).
BACA JUGA: Tahun 2023, TKDN Pertamina Tembus Rp 374 Triliun
Menurutnya, berdasarkan publikasi Fortune, ASEAN memiliki peran yang besar dalam perekonomian dunia pascapandemi COVID-19. Namun demikian, perusahaan di kawasan ini sangat terpapar oleh dinamika global, seperti konflik geopolitik dan ketidakpastian pasar, sehingga banyak perusahaan mengalami penurunan pendapatan.
Sementara itu, lima perusahaan terbesar Asia Tenggara, termasuk Pertamina, walau pendapatannya terkoreksi dinilai tetap menghasilkan pendapatan terbesar dibandingkan perusahaan sejenis di kawasan. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan laba bersih hingga 17% pada akhir tahun 2023, dan laba total sebesar US$ 4,77 miliar atau setara Rp 72,7 triliun (kurs Rp 15.255 per US$). Adapun EBITDA atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi sebesar US$ 14,36 miliar.
Angka ini naik 6% dibanding EBITDA di tahun 2022, sedangkan pendapatan konsolidasian tahun 2023 adalah sebesar US$ 75,79 miliar.
Pertumbuhan kinerja ini juga ditandai dengan peringkat investasi dari berbagai lembaga pemeringkat internasional yang menetapkan Pertamina sebagai perusahaan dengan status layak investasi. Pertamina dinilai berhasil menjaga pertumbuhan bisnis intinya dengan hati-hati serta melakukan transisi energi yang lebih bersih.
Fadjar menambahkan kinerja operasional perusahaan juga makin efisien di semua lini, baik holding maupun subholding melalui program cost optimization dengan kontribusi sekitar US$ 1,1 miliar. Secara operasional, kinerja di semua subholding juga meningkat.
Selain efisien, Fadjar mengakui operasional Pertamina juga makin ramah lingkungan sejalan dengan implementasi Environmental, Social, dan Governance (ESG) di seluruh lini bisnis. Pertamina menempati peringkat satu dunia dalam sub-industri Integrated Oil and Gas.
Pertamina memimpin skor tertinggi dari 61 perusahaan dunia, berdasarkan peringkat dari Lembaga ESG Rating Sustainalytics.
“Dengan dukungan seluruh stakeholder, Pertamina akan terus tumbuh menjadi perusahaan nasional yang terdepan dalam menjaga ketahanan dan kemandirian energi di Indonesia,” kata Fadjar.
Editor: Ranto Rajagukguk