Raih Rekor MURI, King Royal Pride Dorong Stigma Positif Karya Graffiti
Ketimbang dianggap sebagai budaya vandalisme, King Royal Pride (KRP) mendorong stigma positif karya graffiti melalui sebuah festival internasional.
Festival graffiti tahunan berskala internasional ini pun mencatat rekor MURI, dengan kategori pelukisan graffiti serentak di lokasi terbanyak.
Pelukisan graffiti secara serentak ini dilakukan pada 7-8 September sebelum masuk ke acara puncak pada 28-29 September 2024 yang akan bertempat di Produksi Film Negara (PFN).
BACA JUGA: 3 Film Biografi Musisi Indonesia, Terbaru Glenn Fredly the Movie
“Acara puncak akan menghadirkan 60 seniman graffiti dalam dan luar negeri, termasuk Jerman, Amerika, Australia, Mexico, Brazil, China, Thailand, Taiwan, Filipina, Arab Saudi, Vietnam, Singapura, serta Brunei,” papar Ricky Yanuardi, Founder King Royal Pride dalam laporan tertulis, Selasa (10/9/2024).
Tak sendirian, kegiatan ini didukung penuh oleh PT Difan Prima Paint, sebagai produsen dari brand Diton King, cat semprot graffiti asal Indonesia yang sudah ekspor ke tujuh negara di Asia Tenggara.
Pelukisan graffiti tersebut tersebar di 24 provinsi, dengan 100 lebih Lokasi. Melibatkan 1400 seniman graffiti, area akan tersebar dari Aceh sampai Papua, dan serentak melakukan aksinya.
BACA JUGA: Indonesia Shopping Festival 2024, Dukung Produk Lokal dan Pelaku UKM
Turut hadir juga Oscar Motuloh, seorang jurnalis yang saat ini menjadi Dewan Etik Pewarta Foto Indonesia dan Yayasan Riset Visual MataWaktu. Ia juga pernah menjabat Kepala Divisi Museum dan Galeri Foto Jurnalistik ANTARA (GFJA) Kantor Berita ANTARA.
Memberikan sedikit kilas balik, Oscar Motuloh bercerita bagaimana seni jalanan memengaruhi perlawanan Indonesia terhadap Jepang dan penjajahan pada tahun-tahun kemerdekaan, yakni 1942 di seluruh kota.
Berkembang hingga kini, KRP menjadi pergerakan skena graffiti yang dinamis dan tulus. Hal itu bisa dirasakan dari semangat dari 1400 orang yang terlibat secara sukarela.
“Kami berharap bahwa pergerakan besar ini akan menjadikan Indonesia jauh lebih tinggi dalam barometer peta seni urban di dunia. Dan perlu kita sadari sesungguhnya bahwa tolok ukur dari suatu negara maju dan kota-kota maju di dunia adalah mereka yang menghargai, merangkul dan mengapresiasi seni urban secara utuh di dalam kotanya masing-masing,” tutup Ricky.