PT Pertamina (Persero) mengklaim produk Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) atau Green Diesel D100 makin diakui dunia. Bahan bakar hijau yang dihasilkan Green Refinery Cilacap ini telah mendapatkan sertifikat International Sustainability and Carbon Certification (ISCC).
Edy Januari Utama, General Manager Kilang Cilacap PT Kilang Pertamina Internasional mengatakan produk HVO memperoleh pengakuan bahwa penggunaan produk ini berkontribusi pada penurunan emisi karbon hingga 65% hingga 70% dari bahan bakar umumnya sehingga layak disebut sebagai green product. Produk tersebut dengan branding nama Pertamina Renewable Diesel (Pertamina RD) sebelumnya diluncurkan dan dipergunakan untuk mendukung pelaksanaan Jakarta E-Prix 2021.
BACA JUGA: Jaga Bisnis Hulu Migas, Pertamina Agresif Temukan Sumur Eksplorasi
Adapun kapasitas produksi Green Refinery Cilacap untuk menghasilkan produk Green Diesel sebesar 3.000 barel per hari dengan bahan baku nabati berupa Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). Saat ini, telah dipasarkan dan diterima pasar Eropa, utamanya Jerman dan Prancis.
“Produk ini merupakan substitusi bahan bakar diesel yang lebih ramah lingkungan dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar kendaraan ataupun memproduksi listrik hijau melalui penggunaan di genset,” kata Edy melalui keterangannya, Senin (31/10/2022).
BACA JUGA: Kembangkan EBT, Erick Thohir Konsolidasikan BUMN Bidang Geothermal
Menurutnya, Pertamina terus memperkuat transisi energi bersih sejalan dengan komitmen Pertamina mengedepankan prinsip Environmental, Social, Governance (ESG) di semua lini bisnis. Perusahaan energi milik negara ini terus melakukan inovasi dengan menekan emisi dari peralatan produksinya maupun menghasilkan produk-produk rendah emisi berbasis energi baru terbarukan.
Upaya tersebut sejalan dengan komitmen Pertamina untuk melakukan dekarbonisasi pada bisnisnya demi menciptakan lingkungan yang semakin baik. Pertamina juga telah mencanangkan Roadmap Net Zero Emission untuk memastikan komitmen upaya dekarbonisasi secara bertahap hingga dicapai target net zero emission di tahun 2060.
“Peta jalan itu merupakan salah satu bukti nyata komitmen Pertamina dalam mendukung SDG’s atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan nomor 13 mengenai penanganan perubahan iklim. Selain itu, Pertamina berkomitmen meningkatkan kapasitas dan kemampuan Green Refinery Cilacap yang saat ini baru 2.500 hingga 3.000 barel per hari menjadi 6.000 barel per hari dengan produk mencakup Green Diesel, Sustainable Aviation Fuel, dan Bionaphta,” ujarnya.
Peningkatan kapasitas green energy tersebut sejalan dengan permintaan pasar dunia terhadap produk energi bersih dan sebagai bentuk keseriusan Pertamina untuk menerapkan strategi agresif di Green Business dalam roadmap net zero emission-nya. Pada fase kedua pengembangan green refinery Cilacap, selain fleksibilitas jenis produk, juga telah direncanakan peningkatan kemampuan kilang dalam mengolah second generation renewable feedstock seperti minyak jelantah atau sejenisnya, sehingga kontribusi penurunan emisi produknya pun meningkat hingga 85% hingga 90% dibandingkan bahan bakar fosil.
Dalam pengumpulan minyak jelantah tersebut, akan dipelajari juga potensi pengimplementasian konsep circular economy yang berfokus pada peningkatan ekonomi masyarakat sehingga keberadaan Green Refinery dapat memberikan manfaat positif bagi masyarakat selain energi yang lebih ramah lingkungan.
“Fleksibilitas bahan baku green energy juga akan semakin ditingkatkan sehingga tidak hanya mengolah berbasis minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) tetapi juga bisa mengolah bahan lain semisal Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah menjadi energi hijau,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk